TRIBUNNEWS.COM, SLEMAN - BOSAN dengan lokasi wisata yang itu-itu saja? <br /> <br />Cobalah menjajaki Lava Bantal yang berada di aliran sungai Opak Dusun Watuadeg, Jogotirto, Berbah. <br /> <br />Di lokasi ini siapapun yang datang akan dimanjakan dengan suara gemericik aliran sungai berhulu di kaki Gunung Merapi itu. <br /> <br />Sepintas nama Lava Bantal terdengar aneh. <br /> <br />Lava Bantal <br /> <br />Bagaimana tidak, lava yang merupakan cairan larutan magma yang keluar dari inti bumi melalui gunung berapi disandingkan dengan bantal yang terkesan empuk. <br /> <br />Pemilihan nama ini tak lain lantaran bentuk batuan yang ada di lokasi tersebut bergunduk menyerupai tumpukan bantal dari bekas aliran lava yang mengeras sejak jutaan tahun lalu. <br /> <br />Selain aliran air sungai yang bersanding dengan tumpukan batuan lava, pengunjung yang datang di lokasi ini juga disajikan pemandangan hamparan padang rumput yang cukup luas. <br /> <br />Biasanya, padang rumput ini dimanfaatkan warga sekitar untuk menggembalakan ternak mereka seperti sapi dan kambing. <br /> <br />Dianita (19), seorang pengunjung asal Kota Yogyakarta mengaku terkesan dengan keindahan alam yang disajikan di lokasi ini. <br /> <br />Terlebih tumpukan batuan vulkanik yang unik untuk dijadikan latar belakang foto pribadi membuatnya betah berlama-lama di lokasi ini. <br /> <br />“Suasananya masih asri, udaranya juga segar berbeda di wilayah perkotaan. Selain itu, belum banyak pengunjung sehingga tidak terlalu krodit,” ujarnya saat ditemui di lokasi Lava Bantal. <br /> <br />Bahkan aliran air yang mengalir melewati batuan vulkanik ini membuatnya rileks. <br /> <br />Sehingga tidak heran yang berkunjung di sini akan betah menikmati nuansa asri tersebut. <br /> <br />“Di sini view-nya bagus, lain dari lokasi wisata lainnya. Apalagi jauh dari kebisingan sehingga cocok untuk relaksasi,” ungkapnya. <br /> <br />Kendati demikian Dianita menyayangkan tidak terawatnya lokasi yang layak dijadikan obyek wisata tersebut. <br /> <br />Hal ini terlihat dari banyaknya sampah yang berserakan lantaran tidak tersedianya tempat sampah. <br /> <br />“Fasilitas yang tersedia juga belum memadahi. Seperti jembatan penghubung yang sudah reot dan dibawahnya tidak ada tiang penyangga, sehingga saat melintas harus hati-hati. Apalagi jika banyak orang berjalan di atasnya, jembatan bergoyang dan melengkung ke bawah,” ujarnya. <br /> <br />Selain itu, menurutnya pemerintah setempat semestinya mempermudah akses ke lokasi tersebut. <br /> <br />Dengan demikian, warga yang akan berkunjung menjadi lebih mudah. <br /> <br />“Saya tahu lokasi ini dari teman saya, tapi untuk kesini cukup sulit karena tidak ada penunjuk jalan,” katanya. <br /> <br />Sekretaris Kecamatan Berbah, Setiharno mengatakan selain menjadi obyek wisata alam yang unik, Lava Bantal juga seringkali dijadikan obyek penelitian untuk kepentingan studi. <br /> <br />Keunikan batuan lava di aliran Sungai Opak itu lantaran terbentuk dari lelehan lava Gunung Merapi yang membeku kontak langsung dengan air dan menyebabkan mineralnya membentuk geometri mirip tumpukan bantal. <br /> <br />“Usia pembentukan Lava Bantal sendiri diperkirakan sudah lebih dari 30 juta tahun lalu. Banyak yang datang untuk penelitian di sini, paling sering dari UPN,” ujarnya. <br /> <br />Setiharno mengatakan meski sudah sering dikunjungi sebagai obyek wisata maupun lokasi penelitian ilmiah, pengelolaan Lava Bantal masih menjadi pekerjaan rumah besar bagi pemerintah. <br /> <br />Termasuk penyedian fasilitas umum bagi wisatawan yang berkunjung. <br /> <br />“Kami juga belum pernah mendata pengunjung yang ada. Namun, setiap hari bisa ada puluhan orang yang datang. Kalau sedang hari libur, pengunjung bisa mencapai ratusan orang,” ungkapnya. <br /> <br />Ia menambahkan lokasi ini sudah masuk dalam daftar sembilan obyek wisata yang akan dikembangkan oleh Pemda DIY. <br /> <br />“Dengan demikian apabila sudah terkelola dengan baik, maka diharapkan dapat memberikan manfaat bagi warga di sekitar Lava Bantal seiring dengan meningkatnya kunjungan wisatawan,” katanya. (*)