TRIBUNNEWS.COM, KAYUAGUNG -- Warga beberapa desa di Kecamatan Pedamaran Timur, Ogan Komering Ilir (OKI) harus kehilangan pekerjaan usai izin operasi PT Tempirai Palm Resources (TPR) dibekukan. <br /> <br />Akibatnya warga mengalami kesulitan ekonomi dan dikejar-kejar penagih utang. <br /> <br />Warga desa tidak bisa kembali bekerja sejak Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) memberikan sanksi pembekuan izin ke PT Tempirai Palm Resources (TPR). <br /> <br />Pemerintah melarang adanya aktivitas di perusahaan yang lahannya juga terbakar pada September lalu. <br /> <br />Pegawai kredit kendaraan bermotor dan bank mulai banyak masuk dusun menagih tunggakan pinjaman. <br /> <br />Warga yang tidak punya uang pilih meninggalkan dusun, sebagian lagi sengaja merantau cari pekerjaan ke daerah lain. <br /> <br />Warga yang tetap berdiam di dusun lebih banyak menghabiskan waktunya duduk di depan rumah. <br /> <br />Begitu juga Madi, warga Dusun Sepucuk yang beberapa hari ini banyak mengisi waktu bersama keluarga. <br /> <br />Beberapa hari lalu, bapak empat anak ini sempat merantau jadi buruh pangggul kayu di Sungai Ceper, Musuji. <br /> <br />Kakinya juga sempat menginjak tanah Belitang, OKU Timur untuk membantu petani sana panen padi. <br /> <br />“Sekarang kerja serabutan, kalau kerjaan habis hanya di dusun. Uang hasil kerja tadi dihemat-hemat. Kalau uang habis pernah hanya makan ubi sebagai pengganti nasi. Harganya murah hanya Rp 2.000 per kg,” ujar Madi dijumpai di depan rumahnya, Kamis (14/1/2015). <br /> <br />Sebenarnya ada pekerjaan menyadap kebun karet milik warga dusun itu. <br /> <br />Penghitungan hasilnya dibagi dua dengan pemilik kebun. <br /> <br />Tetapi pekerjaan ini dianggap tidak menjanjikan karena harga jual karet yang murah. <br /> <br />Sehari rata-rata warga hanya peroleh Rp 20 ribu. Berbanding jauh dengan penghasilan kerja di kebun sawit yang sehari minimal memeroleh Rp 84 ribu. <br /> <br />Rata-rata setiap bulan pekerja lepas ini bisa menerima gaji Rp 2 juta lebih. Setengah penduduk dusun ini kerja di perusahaan sawit. <br /> <br />Pekerjaan lain yang biasanya dilakoni ibu-ibu di dusun ini ialah mengayam tikar berbahan daun purun. <br /> <br />Tetapi usai musim kemarau ini warga masih kesulitan mendapatkan purun yang panjang, besar, dan berkualitas. <br /> <br />“Kami juga tidak pernah mendapat bantuan dari pemerintah. Beras raskin terakhir diterima tahun 2012. Sedangkan program lain tidak pernah mampir. Alhamdulillah kalau sehatan ada jaminan dari pemerintah,” katanya. (*)