<p>Angkutan bus antar daerah atau bus rapid trans (BRT) di Makassar ternyata merugi sejak dioperasikan tiga tahun lalu.</p> <br /> <br /><p>Damri, operator bus, mengaku merugi hingga Rp 300 ribu per hari. Padahal, biaya operasional mencapai Rp 600 ribu per hari.</p> <br /> <br /><p>Karena itu, Perum Damri terpaksa mengurangi jumlah BRT yang beroperasi. </p> <br /> <br /><p>Dari 10 armada, kini hanya lima sampai enam armada yang dioperasikan di tiap koridornya.</p> <br /> <br /><p>Kurangnya jumlah penumpang ditengarai terjadi karena dua hal. Pertama, minimnya sosialisasi dari pemerintah, kedua, fasilitas halte yang jauh. Selain itu, BRT di Makassar juga tidak memiliki jalur khusus sebagaimana Transjakarta.</p> <br />
