<p>Pada tahun 2014, Pasar Santa di Jakarta Selatan menjadi tujuan baru anak muda ibu kota untuk berbelanja dan nongkrong.</p> <br /> <br /><p>Namun, seiring berjalannya waktu, Pasar Santa ditinggalkan.</p> <br /> <br /><p>Para pebisnis pemula kala itu tidak mampu menanggulangi tingginya harga sewa.</p> <br /> <br /><p>Pengelola menarik sewa RP 20 juta per tahun.</p> <br /> <br /><p>Akhirnya, di tahun 2017, pengelola Pasar Santa memutuskan menurunkan ongkos sewa kios menjadi Rp 7 juta per tahun.</p> <br /> <br /><p>Alhasil, para pebisnis pemula kembali datang ke Pasar Santa.</p> <br /> <br /><p>Ada yang berjualan piringan hitam, mainan, dan kuliner aneka rupa dan rasa.</p> <br /> <br /><p>Pengelola mencatat, dari 350 kios, 200 di antaranya sudah terisi.</p> <br /> <br /><p>Satu yang masih menjadi ciri khas Pasar Santa.</p> <br /> <br /><p>Barang dan jasa yang ditemui di Pasar Santa adalah hasil karya para entrepreneur muda.</p> <br />
