TRIBUN-VIDEO.COM - Menurut ahli sejarah, Candi Cetho telah dibangun di abad ke-15 pada Kerajaan Majapahit, yaitu pada masa pemerintahan Raja Brawijaya V. (1)<br /><br />Candi yang dibangun pada masa Kerajaan Majapahit Hindu ini memiliki keunikan.<br /><br />Keunikan candi ini yaitu memiliki arsitektur berbeda dengan candi Hindu lain di Jawa, karena Candi Cetho dibangun di akhir masa kejayaan Kerajaan Majapahit.<br /><br />Candi Cetho adalah sebuah candi bercorak Agama Hindu yang diperkirakan selesai dibangun pada tahun 1475 M (1397 Saka). (2)<br /><br />Pembangunan candi ini diperkirakan dimulai pada tahun 1451 M (1373 Saka).<br /><br />Keberadaan Candi Cetho pertama kali diungkap oleh Van der Vlies pada tahun 1842.<br /><br />Kemudian hasil penelitian ini diteruskan oleh W F Stuterheim, K C Crucq, A J Bernet Kempers, dan Riboet Darmoseotopo yang berkebangsaan Indonesia.<br /><br />Candi Cetho dibangun bertujuan untuk 'ruwatan', yang berarti upaya penyelamatan dari malapetaka dan berbagai bentuk tekanan akibat kekacauan yang sedang berlangsung pada saat itu. (3)<br /><br />Hal yang menarik lagi adalah raja-raja Majapahit menganut ajaran Budha.<br /><br /><br />Diduga penyimpangan tersebut mempunyai kaitan erat dengan tujuan pembangunan Candi Cetho.<br /><br />Kerajaan Majapahit pada saat itu mengalami proses keruntuhan seperti kekacauan sosial, politik, budaya, dan bahkan tata keagamaan sebelum akhirnya mengalami keruntuhan total pada tahun 1478 M.<br /><br />Nama Candi Cetho diambil dari penyebutan masyarakat sekitar yang juga merupakan nama dusun tempat candi ini dibangun. (4)<br /><br />Dalam bahasa Jawa, cetho memiliki arti jelas.<br /><br />Candi ini dinamakan cetho karena ketika pengunjung datang ke Candi Cetho maka pengunjung mampu melihat pemandangan pegunungan di sekitar dengan jelas.<br /><br />Dinas Purbakala mengadakan penelitian melalui penggalian untuk mencari bahan-bahan rekonstruksi pada tahun 1928.<br /><br />Arsitektur<br />Candi Cetho memiliki arsitektur yang unik dan berbeda dengan candi lain.<br /><br />Punden berundak menjadikan arsitektur Candi Cetho terlihat unik. (5)<br /><br />Material batu andesit dengan memakai relief sederhana, hal tersebut yang membuat Candi Cetho terlihat istimewa.<br /><br />Arsitektur Candi Cetho mirip dengan candi Suku Maya di Meksiko dan Suku Inca di Peru.<br /><br />Di Candi Cetho juga terdapat patung yang tidak mirip dengan orang Jawa melainkan orang Sumeria atau Romawi.<br /><br />Bahan Andesit yang digunakan pada saat itu dibangun menggunakan bata merah.<br /><br />Relief di Candi Cetho juga lebih kompleks dan detail.<br /><br />Awalnya Candi Cetho memiliki 14 teras, namun saat ini hanya tersisa sembilan teras.<br /><br />Pada masing-masing teras, terdapat sebuah pintu dan jalan setapak sebagai penghubung. (6)<br /><br />Kemudian di sisi timur teras paling bawah, terdapat gapura sebagai pintu gerbang Candi Cetho.<br /><br />Sebuah arca yang disebut arca Nyai Gemang Arum berada di depan gapura Candi Cetho.<br /><br />Terdapat bangunan tanpa dinding yang berdiri di atas fondasi yang memiliki tinggi kurang lebih 2 meter.<br /><br />Sementara itu, di halaman teras kedua terdapat susunan batu yang membentuk gambar garuda terbang yang membentangkan sayap.<br /><br /><br />Susunan batu di punggung garuda menggambarkan seekor kura-kura.<br /><br />Lalu, tepat di atas kepala garuda terdapat susunan batu yang berbentuk matahari bersinar, segitiga, dan Kalacakra (alat kelamin laki-laki).<br /><br />Teras ke empat memiliki penampakan sama dengan teras lain di Candi Cetho. (7)<br /><br />Pada teras ke lima, terdapat halaman yang memiliki dua buah bangunan yang memiliki kesaamaan dengan pendopo tanpa dinding.<br /><br />Hal tersebut berlaku pada teras ke enam.<br /><br />Selanjutnya, pada teras ke tujuh, terdapat gapura tangga berbatu.<br /><br />Tangga tersebut berada di antara dua buah patung Ganesha dan satu buah patung Kalacakra.<br /><br />Pada teras ke delapan, terdapat relief yang berupa angka tahun pembangunan Candi Cetho.<br /><br />Terdapat dua buah bangunan yang terdiri atas patung Sabdapalon yang berada di sisi kiri dan patung Nayagenggong di sisi kanan pada teras ke sembilan.<br /><br />Dalam cerita pewayangan, kedua patung tersebut merupakan tokoh Punakawan.<br /><br />Di teras ke-10, terdapat enam bangunan dengan tiga bangunan di sisi kanan dan tiga bangunan di sisi kiri.<br /><br />Bangunan di sisi kiri terdapat arca Prabu Brawijaya.<br /><br />Di bagian sisi kanan terdapat arca Kalacakra.<br /><br />Pada bangunan yang berada di sisi kanan paling ujung digunakan sebagai sarana penyimapanan pusaka Empu Supa.