TRIBUNNEWSWIKI.COM - Hari Raya Galungan merupakan hari raya besar umat Hindu di Bali.<br /><br />Perayaan tersebut dilakukan sebagai hari menangnya kebaikan atas keburukan (Dharma kelawan Adharma).<br /><br />Hari Raya Galungan datang setiap enam bulan sekali dalam hitungan kalender Bali.<br /><br />Penanggalan kalender Bali setiap bulannya terdiri dari 35 hari.<br /><br />Hari Galungan akan datang setiap 210 hari sekali, tepatnya pada Rabu (Budha) Kliwon Wuku Dungulan.<br /><br />Hari Raya Galungan pertama pertama kali dirayakan di Bali pada hari purnama Kapat tepat Budha Kliwon Dungulan, tanggal 15, tahun saka 804 atau 882 Masehi.<br /><br />Sejarah<br /><br />Latar belakang perayaan Galungan didasari kisah pada abad ke-8 masehi.<br /><br />Pada saat itu, Bali dipimpin oleh seoranng raja dari Kerajaan Bedahulu, Gianyar, yang sakti dan merupakan keturunan raksasa.<br /><br />Raja tersebut bernama Raja Mayadenawa.<br /><br />Mayadenawa memimpin dengan lalim dan kejam.<br /><br />Raja Mayadenawa menganggap dirinya tidak terkalahkan sehinga rakyat harus menyembahnya layaknya Dewa.<br /><br />Kesaktian Raja Mayadenawa didapat dari ketekunan imannya untuk memohon pada Dewa Siwa agar diberi kekuatan dapat merubah wujud.<br /><br />Kekuatan merubah wujud dan kesombongan Raja Mayadenawa berhasil membuatnya menjadi seorang penguasa wilayah Bali dan memperluas kekuasaannya ke Lombok Sumbawa, Bugis, hingga Blambangan.<br /><br />Selama pemerintahan raja tersebut, rakyat tidak makmur.<br /><br />Rakyat juga dilarang untuk menyembah Dewa dan menghancurkan pura.<br /><br />Rakyat hanya diam dan tidak berani melawan karena kesaktian sang raja.<br /><br />Gagal panen dan kelaparan juga terjadi di mana-mana.<br /><br />Kemudian ada seorang pendeta bernama Sangkul Putih atau Mpu Sangkul Putih yang juga merupakan Pemangku Agung di Pura Besakih.<br /><br />Sangkul Putih iba melihat keadaan rakyat yang seperti itu.<br /><br />Sangkul Putih akhirnya melakukan meditasi di Pura Besakih untuk memohon petunjuk dari para Dewa.<br /><br />Dalam pertapaannya, Sangkul Putih mendapatkan wahyu untuk datang ke Jambu Dwipa (India) untuk meminta bantuan.<br /><br />Setelah pergi ke Jambu Dwipa, Sangkul Putih mendapat bantuan dari sana dan juga dari Kahyangan yang dipimpin oleh Dewa Indra.<br /><br />Mereka kemudian berniat untuk memerangi Raja Mayadenawa.<br /><br />Mayadenawa yang mengetahui rencana tersebut segera mempersiapkan pasukannya sehingga terjadi perang besar yang menyebabkan kedua pihak menuai banyak korban.<br /><br />Perang akhirnya dimenangkan oleh Sangkul Putih beserta pasukannya.<br /><br />Raja Mayadenawa yang memiliki kekuatan untuk mengubah wujud kemudian menyusup pasukan Dewa Indra dan menuangkan racun pada sumber air.<br /><br />Kemudian pasukan yang meminum dari sumber air tersebut keracunan.<br /><br />Mengetahui hal tersebut Dewa Indra membuat sumber air baru yang mampu mengobati pasukannya.<br /><br />Setelah para pasukan pulih, mereka mengejar Mayadenawa yang bersembunyi di sebuah gua.<br /><br />Gua tersebut diberi nama Goa Mayadenawa.<br /><br />Mayadenawa selalu berubah-ubah wujud agar dapat mengelabui Dewa Indra.<br /><br />Pada akhirnya Dewa Indra dengan kesaktiannya dapat menemukan dan membunuh Mayadenawa.<br /><br />Kemudian hari kemenangan tersebut diperingati sebagai Hari Raya Galungan, yang bermakna kemenangan Dharma (kebaikan) terhadap Adharma (keburukan).<br /><br />Makna<br /><br />Kata Galungan berasal dari bahasa Jawa Kuno yang berarti bertarung atau menang.<br /><br />Galungan juga berasal dari Dungulan yang memiliki arti menang.<br /><br />Dalam kalender Bali, wuku kesebelas disebut Dungulan sedangkan di Jawa disebut wuku Galungan.<br /><br />Walaupun berbeda nama namun maknanya tetap sama yaitu kemenangan.<br /><br />Perayaan Hari Raya Galungan melambangkan hari kemenangan Dharma (kebaikan) melawan Adharma (keburukan).<br /><br />Galungan bermakna bahwa segala niat dan usaha baik akan selalu menang dibandingkan niat dan usaha buruk.<br /><br />Selain itu galungan juga dimaknai sebagai tangga menuju kehidupan yang lebih bersih.<br /><br />Sedangkan penjor, hiasan bambu yang digunakan saat Hari Raya Galungan sebagai bentuk rasa syukur atas rahmat yang diberikan Tuhan.<br /><br />Bentuk lengkungan penjor melambangkan gunung yang menyimpan berbagai sumber daya alam yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.