JAKARTA, KOMPAS.TV - Asosiasi pengemudi ojek online mengapresiasi rencana evaluasi tarif ojek online. <br /> <br />Sementara, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, YLKI menolak rencana evaluasi tarif. <br /> <br />Para pengguna jasa ojek online atau ojol kini harus bersiap, pemerintah bersama pihak terkait saat ini tengah mengevaluasi tarif dan zonasi ojek online. <br /> <br />Padahal belum setahun tarif baru ojek online ditetapkan. <br /> <br />Tarif ojek online diusulkan naik, dari batas bawah Rp. 2.000 per kilometer menjadi Rp. 2.500. <br /> <br />Asosiasi pengemudi ojek online, gabungan aksi roda dua, atau Garda Indonesia, mengapresiasi rencana evaluasi tarif ojek online. <br /> <br />Sementara, YLKI menolak wacana kenaikkan tarif ojek online. Menurut YLKI, tarif saat ini sudah sangat rasional bagi pengemudi dan konsumen. <br /> <br />Mengevaluasi tarif ojek online setiap tiga bulan sekali. <br /> <br />Langkah ini menurut YLKI sebagai keberpihakan terhadap pengemudi, namun mengesampingkan kepentingan konsumen. <br /> <br />Akan tetapi, Laili meminta nantinya kenaikan tarif diikuti dengan peningkatan kualitas layanan dari pihak aplikator maupun driver ojol. <br /> <br />\"Misal lagi musim hujan nih, banyak banget driver yang alasannya enggak punya mantel padahal itu penting, terus helm penumpang basah bau bikin enggak nyaman,\" ucapnya. <br /> <br />Sebagai informasi, YLKI menolak rencana kenaikan tarif ojek online (ojol). Sebab kata YLKI, tarif ojek online baru naik pada September 2019 lalu. <br /> <br />Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi berpendapat bahwa penyesuaiaan tarif memang boleh dilakukan oleh Kemenhub. <br /> <br /> <br />