KUPANG, KOMPAS.TV - Lebih dari dua pekan terakhir, terdapat sedikitnya 221 ekor babi, milik warga kota kupang, mati mendadak akibat terserang, virus demam babi afrika. <br /> <br />Para peternak babi mengaku, gejala awal yang dialami ternak mereka seperti suhu badan tinggi dan menurunnya nafsu makan, hingga muntah dan ternak babi sulit untuk berdiri. <br /> <br />Meski sudah berupaya, dengan memberikan suntikan obat, namun ternak babi milik warga, tidak dapat tertolong, akibat ganasnya virus ini. <br /> <br />Warga mengaku, akibat kasus ini mereka menderita kerugian, hingga puluhan juta rupiah. <br /> <br />Dikutip dalam Kompas.com, di Kabupaten Kupang ada sebanyak 106 babi dan di Kota Kupang tercatat 221 babi yang mati mendadak. <br /> <br />\"Ternak babi milik warga yang mati masih di Pulau Timor. Untuk Kabupaten Malaka, memang ada laporan, tapi kita belum data,\" ujar Dany kepada Kompas.com, Kamis (27/2/2020). <br /> <br />Menurut Dany, ratusan babi yang mati di Kabupaten Belu, positif terkena virus African Swine Fever (ASF) atau virus demam babi Afrika. <br /> <br />Sedangkan, untuk Kabupaten TTU, Kabupaten Kupang dan Kota Kupang, belum diketahui jenis penyakitnya. <br /> <br />Menurut Dany, saat ini sampel darah dan organ tubuh babi yang mati di Kabupaten TTU, Kabupaten Kupang dan Kota Kupang, telah dikirim ke Laboratorium Balai Veteriner Medan, Sumatera Utara. <br /> <br />Pengiriman sampel itu untuk dapat memastikan penyebab kematian babi. <br /> <br />Dany pun minta masyarakat turut membantu pemerintah melakukan pencegahan terhadap penyebaran virus tersebut. <br /> <br />Menurut Dany, pihaknya masih terus mendata jumlah babi yang mati di kabupaten lainnya di NTT. <br /> <br /> <br /> <br />
