JAKARTA, KOMPAS.TV - Pemangku kebijakan moneter dan fiskal intens merumuskan respons terhadap imbas virus Covid-19 atau virus corona. <br /> <br />Bank Indonesia di yakini masih mempunyai ruang untuk menurunkan suku bunga. <br /> <br />Sedangkan, instrumen fiskal punya opsi yang lebih fleksibel untuk memberikan insentif langsung ke konsumen dan kalangan pengusaha. <br /> <br />Pekan ini, Bank Sentral Amerika Serikat mengambil langkah mengejutkan, dengan menurunkan suku bunga acuan 50 basis poin. <br /> <br />Tujuannya, menjaga ekonomi negeri Paman Sam dari efek virus corona. <br /> <br />Mencium gelagat serupa, Bank Indonesia telah selangkah lebih maju menurunkan suku bunga acuan Februari lalu. <br /> <br />Setelah 4 bulan bertahan di 5%, suku bunga acuan BI turun 25 basis poin, menjadi 4,75% di bulan lalu . <br /> <br />Meski demikian, BI masih punya ruang untuk kembali menurunkan suku bunga. <br /> <br />Apalagi jika tingkat inflasi terjaga. <br /> <br />Penurunan suku bunga, tetap harus disertai dengan operasi moneter yang lebih luas, untuk menjaga likuiditas. <br /> <br />Menteri keuangan, Sri Mulyani menjawab tantangan dari sisi fiskal. <br /> <br />Pemerintah tengah meneliti lebih jauh dampak virus corona ke ekonomi, termasuk mendengar umpan balik dari pengusaha. <br /> <br />Opsi-opsi instrumen fiskal pun dirumuskan. <br /> <br />Perlambatan proses produksi industri, serta belanja rumah tangga di-perkirakan akan berlangsung dalam 2 hingga 3 bulan ke depan. <br /> <br />
