KOMPAS.TV - Penggunaan bilik disinfeksi, dengan penyemprotan disinfektan langsung ke tubuh manusia, tidak direkomendasikan organisasi kesehatan dunia, WHO. <br /> <br />Yang dianjurkan, bilik disinfeksi, berisi cairan antiseptik, yang aman untuk manusia, serta sesuai prosedur kesehatan. <br /> <br />Guna mencegah penyebaran Covid-19, sekelompok pemuda di Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, membuat gerbang disinfeksi, di pintu masuk desa dan masjid. <br /> <br />Selain itu, para pemuda desa juga melakukan penyemprotan, dengan menggunakan mobil bak terbuka. <br /> <br />Para pemuda desa menyebut, menggunakan mesin pompa air, yang berisi cairan disinfektan, dan bekerja otomatis selama 24 jam. <br /> <br />Terkait bilik disinfeksi, Direktur Kesehatan Lingkungan Ditjen Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan, menyebutkan penggunaan bilik disinfeksi, bisa berdampak buruk bagi kesehatan manusia. <br /> <br />Kementerian kesehatan menekankan, disinfeksi hanya diterapkan pada permukaan benda yang sering disentuh manusia, dan bukan pada manusia. <br /> <br />Sementara itu Ikatan Dokter Indonesia, IDI, meminta agar bilik disinfeksi yang ada, diganti sistemnya sesuai dengan standar kesehatan, dan harus dipastikan aman bagi tubuh manusia. <br /> <br />Ketua Satgas Penanganan Covid-19, Ikatan Dokter Indonesia, IDI, Zubairi Djoerban, menyatakan keberadaan bilik disinfeksi tidak direkomendasikan WHO, karena mengandung alkohol. <br /> <br />WHO tidak merekomendasikan cairan disinfektan seperti alkohol dan klorin, digunakan dalam bilik disinfeksi, karena dapat menimbulkan iritasi, dan pemicu kanker. <br /> <br />Untuk itu, yang digunakan seharusnya cairan antiseptik, yang aman sesuai standar WHO, serta sesuai prosedur kesehatan. <br /> <br />Meski begitu, masyarakat jangan sampai melupakan pola hidup sehat dan bersih, seperti mencuci tangan dengan sabun, makan yang sehat, dan penerapan tetap berada di rumah. <br /> <br />