JAKARTA, KOMPAS.TV - Harga gula pasir yang masih tinggi membuat industri makanan kelimpungan. <br /> <br />Di Tasikmalaya, produsen kue kering harus menaikkan harga jual produk. <br /> <br />Sedangkan di Merauke Papua, penjual sengaja tak menyediakan gula, karena saking mahalnya. <br /> <br />Tidak hanya individu rumah tangga, industri kecil menengah butuh dukungan pasokan gula dengan harga terjangkau. <br /> <br />Gula yang murah diperlukan, agar mesin adonan kue bisa terus berputar. <br /> <br />Harga gula pasir yang melonjak tak terkendali, memukul industri kue rumahan di kota tasikmalaya jawa barat, selama pandemi Covid-19. <br /> <br />Saat ini, mereka membeli gula dengan harga sampai Rp 17.000 per kilogram. <br /> <br />Padahal biasanya, gula yang mereka beli \"hanya\" sekitar Rp 11.000. <br /> <br />Dalam satu hari, satu perajin kue, butuh sampai 100 kilogram gula. <br /> <br />Tak hanya perajin kue, penjual gula eceran di merauke papua juga mengeluhkan hal yang sama. <br /> <br />Jika harga eceran tertinggi gula yang ditetapkan kementerian perdagangan 12.500 per kilo, di papua, harganya sudah sampai Rp 22.000. <br /> <br />Penjual memilih tak menyediakan komoditas ini, lantaran harganya yang sudah di luar jangkauan masyarakat. <br /> <br />Dari rencana impor lebih dari 500.000 ton, pemerintah menambah 150.000 ton untuk memenuhi kebutuhan guls nasional. <br /> <br />Impor dilakukan oleh perusahaan BUMN yaitu Bulog, Rajawali Nusantara Indonesia, dan perusahaan perdagangan Indonesia. <br /> <br />Sayangnya india yang merupakan produsen gula, sedang menerapkan karantina atau lockdown, sehingga banyak kapal pengangkut yang tidak beroerasi. <br /> <br />
