KOMPAS.TV - Di tengah pandemi Covid-19, banyak kelompok yang menciptakan alat-alat medis demi membantu penanganan Covid-19, salah satunya adalah pengembangan ventilator. <br /> <br />Namun sebelum bisa diproduksi secara massal dan dapat digunakan, alat alat ini harus melalui uji produk dan uji klinis oleh kementerian kesehatan. <br /> <br />Untuk uji produk, pengembang harus mendapatkan izin Dari Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK). <br /> <br />Serangkaian tes telah disesuaikan dengan standar penanganan pasien Covid-19. <br /> <br />Pihak BPFK mengaku seringkali pengembang kesulitan karena tak memiliki pendamping dari kalangan medis sehingga standar yang dimiliki tak sesuai. <br /> <br />Salah satu alat ventilator yang lolos uji produk dari BPFK adalah Huha Bridge Ventilator yang dikembangkan oleh sekelompok pemuda dan salah satunya merupakan lulusan mahasiswa Institut Teknologi Bandung. <br /> <br />Huha Bridge Ventilator merupakan ventilator darurat berbasis ambu bag atau alat yang terdiri dari kantong, pipa berkatup, dan masker, untuk mencegah pasien masuk ICU. <br /> <br />Pencipta ventilator darurat ini kini tengah mencari donatur agar rumah sakit yang dituju tak perlu membayar alat milik mereka. <br /> <br />Namun tim masih kesulitan mencari bahan baku pembuatan ventilator jika nantinya alat ini akan diproduksi secara massal. <br /> <br />Penelitian alat bantu pernapasan ini sudah berlangsung sejak Januari 2020 dan bisa segera diproduksi secara massal apabila ada donatur yang mau bederma demi mebantu penanganan Covid-19 di tanah air. <br /> <br />
