KOMPAS.TV - Ngos-ngosan, ini adalah "new normal" untuk Ekonomi Indonesia di tahun 2020 <br /> <br />Mulai dari pajak sulit diungkit, Covid-19 mengimpit, utang jadi jalan pintas hingga ekonom meminta pemerintah lebih awal memitigasi aroma resesi agar pemulihan ekonomi tidak jalan di tempat. <br /> <br />Skenario buruk ekonomi sudah bukan lagi bayangan. <br /> <br />Ekonomi Indonesia saat ini, mulai melangkah ke fase terberat salah satu indikatornya dari angka penerimaan negara yaitu pajak dan utang. <br /> <br />Akhir Mei 2020, realisasi pajak baru 444,6 triliun rupiah, jauh dari target APBN 1.254 triliun rupiah, bahkan turun 10% secara tahunan. <br /> <br />Pajak sulit diungkit, jalan operasional negara kian sempit, utang jadi keniscayaan, jalan keluar, <br /> <br />Masih memakai Data Kementerian Keuangan, realisasi utang pemerintah di waktu yang sama sudah 360,7 triliun rupiah, naiknya sampai 123% secara tahunan. <br /> <br />New normal dunia bukan hanya dari kebiasaan kesehatan, new normal ekonomi adalah saat semua negara di dunia diprediksi tumbuh negatif. <br /> <br />Tetapi langkah harus diayun, anggaran 2021 mulai dirancang matang, Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede juga menghitung ekonomi dengan pesimistis, kuartal II Indonesia akan tumbuh -2 sampai 3 persen, sedangkan sampai akhir tahun 0% sampai 0,5% <br /> <br />Selama ini, Jawa menyumbang pertumbuhan ekonomi sampai 50%, lebih separuhnya berasal dari konsumsi wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya dengan nilai 5.000 triliun rupiah. <br /> <br />Pajak sulit digapai, utang jadi jalan pintas, pelaku pasar modal meminta pemerintah tetap berhati-hati dan belajar pada pengalaman buruk Amerika Serikat. <br /> <br />Kecepatan pemulihan ekonomi akan bergerak sejajar dengan keberhasilan pemerintah menekan laju Covid-19, Ekonom dan Dunia usaha juga meminta pemerintah lebih cepat memitigasi potensi resesi agar efek domino dapat segera dihindari. <br /> <br /> <br />