JAKARTA, KOMPAS.TV - Kemiskinan menyisakan persoalan ketimpangan. Sebuah penelitian mengungkap bahwa, di Indonesia, anak yang tumbuh di keluarga miskin, cenderung memiliki pendapatan yang lebih rendah dibandingkan dengan orang dari keluarga tak miskin. <br /> <br />Belenggu kemiskinan belum betul-betul dapat dilepaskan. 9,2-2 persen rakyat kita, ada dalam kategori penduduk miskin. <br /> <br />tidak menutup kemungkinan, kondisi ini dapat memperlebar jurang ketimpangan sosial. <br /> <br />Lembaga penelitian smeru mengungkapkan bahwa, di Indonesia, anak yang tumbuh di keluarga miskin, cenderung akan memiliki kesenjangan pendapatan dengan orang dari keluarga tak miskin. <br /> <br />Kesimpulan didapatkan dari penelitian terhadap seribu 522 anak, yang terbagi dari kategori anak-anak yang hidup dalam keluarga miskin dan tidak miskin. <br /> <br />kondisi mereka dibandingkan antara sebelum dan sesudah bekerja saat dewasa. <br /> <br />Hasilnya, pendapatan per jam, anak dari keluarga miskin, 87 persen lebih rendah dari keluarga tidak miskin. <br /> <br />Hal ini dipengaruhi oleh sejumlah faktor termasuk lama sekolah dan skor matematika mereka saat belia. <br /> <br />Kondisi lingkungan rumah tangga seperti listrik dan sanitasi, juga masuk dalam variabel. <br /> <br />Oleh karena itu, penting bagi pemerintah memastikan program-program pengentasan kemiskinan, tepat sasaran dan tepat guna. <br /> <br />Pemerintah sendiri merasa amunisi guna meningkatkan taraf hidup masyarakat sudah cukup jitu. Rantaikemiskinan dapat dipatahkan usai ada intervensi. <br /> <br />Kementerian koordinator bidang pembangunan manusia dan kebudayaan, kemenko PMK menyebut program keluarga harapan sebagai solusi terefektif bagi masalah kemiskinan. <br /> <br />Tidak hanya PKH, pemerintah gencar menggelontorkan bantuan melalui berbagai program. <br /> <br />Mulai dari program jaminan kesehatan nasional, beras sejahtera atau rastra serta bantuan pangan non tunai. <br /> <br /> <br />
