JAKARTA, KOMPAS.TV - Presiden melakukan teguran keras, sebab sejumlah menteri menganggap situasi krisis, akibat pandemi corona sebagai hal biasa-biasa saja. <br /> <br />Kinerja para Menteri Kabinet Indonesia Maju, sedang jadi sorotan. <br /> <br />Kemarahan Presiden Joko Widodo saat sidang kabinet paripurna 18 Juni lalu, mengungkap lambatnya kerja sejumlah pembantu Presiden. <br /> <br />Belanja bidang kesehatan yang minim. <br /> <br />Seretnya penyaluran stimulus ekonomi dan kurang optimalnya pembagian bantuan sosial, dinilai Presiden membuat upaya penanganan krisis akibat pandemi corona, tersendat. <br /> <br />Gusar pada kerja para pembantunya, Jokowi pun mengancam akan melakukan langkah luar biasa. <br /> <br />Salah satunya mengganti menteri yang kurang greget alias reshuffle kabinet. <br /> <br />Kinerja menteri yang biasa-biasa saja, kembali disentil Presiden Joko Widodo saat rapat terbatas di Istana Merdeka, Jakarta, Senin, 29 Juni kemarin. <br /> <br />Untuk mengatasi krisis akibat pandemi corona, Presiden menuntut menterinya kerja lebih cepat membuat terobosan. <br /> <br />Menegur Menteri yang kurang performanya, ternyata bukan kali ini saja dilakukan Jokowi. <br /> <br />Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menyatakan, teguran lebih keras, dilakukan presiden karena ada beberapa menteri yang mengganggap situasi krisis sebagai sesuatu yang biasa-biasa saja. <br /> <br />Presiden menegur Menteri memang hal wajar, karena menteri adalah pembantu Presiden. <br /> <br />Namun, teguran apalagi kemarahan yang sampai diungkap ke publik, maka itu boleh jadi merupakan sinyal Presiden akan merombak kabinet. <br /> <br />Merombak kabinet, bukan hal baru bagi Jokowi. <br /> <br />Pada periode pertama pemerintahanya bersama Jusuf Kalla, dia melakukan reshuffle kabinet sampai empat kali. <br /> <br />
