KOMPAS.TV - Orangtua dan calon peserta didik baru di Belu, Nusa Tenggara Timur, memadati warung internet untuk veridikasi Data Penerimaan Siswa Baru. <br /> <br />Sementara itu, orangtua calon peserta didik baru di Makassar, Sulawesi Selatan melakukan aksi protes, menolak hasil PPDB daring non-zonasi, <br />Belum lagi di buka, warung internet yang ada di kawasan perbatasan indonesia-timor leste ini sudah dipadati warga. <br /> <br />Mereka adalah orangtua dan calon peserta didik baru sekolah menengah pertama yang berniat memverifikasi data penerimaan peserta didik baru tahap kedua, di Atambua, Belu, Nusa Tenggara Timur. <br /> <br />Kepadatan tidak bisa dihindari, karena keterbatasan bilik komputer. Untuk mengurai kerumunan, pengelola warung internet mengatur antrean. <br /> <br />Setiap orang yang masuk, juga diwajibkan menggunakan masker. <br /> <br />Karena tingginya kebutuhan, selama beberapa hari, pengelola warung internet mengkhususkan diri melayani warga yang ingin verifikasi data PPDB. <br />Calon peserta didik diberi waktu untuk verifikasi data hingga rabu besok. <br /> <br />Mensinyalir adanya kecurangan dalam proses PPDB, sejumlah orangtua calon peserta didik baru melakukan aksi protes, di halaman kantor dinas pendidikan kota Makassar, Sulawesi Selatan, pada senin kemarin. <br /> <br />Adanya data alamat calon siswa yang tidak sesuai dengan data dinas kependudukan kota makassar, membuat para orangtua menduga, ada permainan dalam proses seleksi data calon siswa jalur non-zonasi tingkat SD dan SMP. <br /> <br />Orangtua meminta dinas pendidikan membatalkan hasil PPDB online, dan melakukan proses penerimaan ulang. <br /> <br />Untuk memperbaiki kesalahan data, Dinas Pendidikan Kota Makassar memperpanjang pendaftaran calon siswa baru hingga 9 Juli 2020. <br /> <br />Calon siswa yang sebelumnya merasa tidak bisa mendaftar melalui jalur non zonasi, diberi kesempatkan untuk mendaftar ulang <br /> <br /> <br />
