KOMPAS.TV - Departemen Luar Negeri Amerika Serikat merestui rencana penjualan delapan pesawat tiltrotor MV-22 Osprey Block-C kepada Indonesia. <br /> <br />Membahas salah satu rencana belanja militer tahun 2020, soal militer dan pertahanan negara berarti ke Kementerian Pertahanan. Belanja Kementerian Pertahanan tahun ini mencapai Rp 131 triliun. <br /> <br />Rencana pembelian Ospray terungkap dalam siaran pers Badan Kerja Sama Pertahanan Keamanan Amerika Serikat, alias Defense Security Cooperation Agency. <br /> <br />Mengutip keterangan resmi tersebut, Pemerintah Indonesia telah mengajukan pembelian 8 pesawat MV-22 Osprey Block C kepada Amerika Serikat beberapa waktu lalu. <br /> <br />Jika direalisasikan, Indonesia adalah negara ketiga yang militernya mengoperasikan Osprey, setelah Amerika Serikat dan Jepang. <br /> <br />Kelebihan mv-22 Osprey ini adalah pesawat angkut militer yang menggabungkan keunggulan sebuah helikopter dengan pesawat sayap tetap ataw fixed wing. <br /> <br />Saat baling-balingnya menghadap ke atas, pesawat ini bisa lepas landas dan mendarat secara vertikal layaknya helikopter serta bisa melakukan terbang diam seperti helikopter. <br /> <br />Nilai total pembelian 8 osprey mencapai 2 miliar dollar Amerika Serikat, atau sekitar Rp 28,9 triliun. Tidak disebutkan kapan transaksi pembelian ini akan dilakukan. Angka yang tidak sedikit, apalagi saat keuangan negara sedang terjepit covid-19. <br /> <br />Tetapi Januari lalu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengharapkan pembelian alutsista diputuskan dan digunakan secara cermat dan efektif, terutama bila sumber dana pembelian dari pinjaman luar negeri. <br /> <br />Mengutip Sri Mulyani, pinjaman dalam negeri masih relatif tidak bermasalah, yang sering bermasalah adalah pinjaman luar negeri. <br /> <br />Banyak alutsista kita dibeli dari berbagai macam negara dan ini pun menurut Menkeu membutuhkan suatu pemikiran dan keputusan bersama, strategi dari Kemenhan dan Panglima Kepala Staf. <br /> <br />Baik seperti apa komposisi dan sumbernya serta asalnya, karena semua itu adalah keputusan strategis di institusi negara. <br /> <br />