<br /> <br />JAKARTA, KOMPAS.TV - Ibadah haji bagi Muslim di Indonesia menjadi kegiatan rutin yang ditunggu-tunggu setiap tahunnya. <br /> <br />Menunaikan rukun Islam kelima ini tidak hanya menguras fisik, tetapi juga biaya yang begitu besar. Dalam catatan sejarah haji abad ke-19, pelayaran kapal marak di kawasan Hindia Belanda. <br /> <br />Ibadah Haji menjadi ladang bisnis bagi pemerintah Kolonial. Peneliti dari UIN Syarif Hidayatullah, Fauzan, mengungkapkan bahwa biaya untuk pulang-pergi haji pada 1856 mencapai 1000 gulden. <br /> <br />Tidak hanya dari segi finansial, perjuangan calon jemaah haji semakin melelahkan dengan penderitaan mereka terombang-ambing selama berbulan-bulan di samudera demi menuju Jazirah Arab. <br /> <br />Melalui perusahaan pelayaran milik pemerintah Hindia Belanda, pemerintah kolonial menguras harta calon jemaah dengan memonopoli penjualan tiket pulang-pergi. <br /> <br />Dari cara tersebut, pemerintah koloial meraih keuntungan dari puluhan ribu jamaah yang berhaji setiap tahunnya. <br /> <br />Simak kisah selengkapnya dalam liputan SINGKAP eps Haji Tempo Dulu: Antara Ibadah dan Bisnis. <br /> <br />#Haji2020 #JemaahHaji #IbadahHaji <br /> <br />