KOMPAS.TV - Program Organisasi Penggerak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menuai kritik keras, lantaran sejumlah penerima dana yang dianggap tidak kredibel. <br /> <br />Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim, meminta maaf kepada Muhammadiyah, PBNU, dan Persatuan Guru Republik Indonesia, yang memilih mundur dari program ini. <br /> <br />Sejatinya, program ini bertujuan meningkatkan kualitas hasil belajar siswa dengan inovasi pembelajaran yang melibatkan peran serta organisasi. Fokusnya adalah peningkatan kompetensi guru, kepala sekolah, dan tenaga kependidikan. <br /> <br />Dengan anggaran Rp 595 miliar, menurut rencana dana program ini diberikan untuk 156 ormas terpilih. Ormas terpilih itu dibagi menjadi 3 kategori, yakni gajah mendapat Rp 20 miliar. Macan, Rp 5 miliar, dan kijang mendapat Rp 1 miliar. <br /> <br />Namun belum dimulai, sudah ada persoalan yang mengganjal. Di antaranya, mekanisme dan besaran dana dalam program tersebut, kriteria ormas yang terpilih, serta keberpihakan terhadap guru yang mengajar. <br /> <br />Salah satu kritik keras berasal dari Muhammadiyah, organisasi yang punya tradisi di dunia pendidikan Indonesia. <br /> <br />Muhammadiyah menilai dana ratusan miliar rupiah dari POP Kemendikbud bakal tidak tepat sasaran. Muhammadiyah pun mundur meski mendapat bagian kategori gajah. <br /> <br />Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah, Sunanto juga menegaskan, mestinya, kapasitas guru yang harus mengajar juga dihitung agar tidak kewalahan. <br /> <br />Tak hanya Muhammadiyah, organisasi Nahdlatul Ulama dan Persatuan Guru Republik Indonesi juga mundur dari POP Kemendikbud. <br /> <br />Menanggapi kritik, Mendikbud Nadiem Makarim berjanji segera mengevaluasi seleksi organisasi yang dipilih sebagai penerima dana. <br /> <br />Tapi komisi X DPR, yang membidangi pendidikan meminta agar menteri Nadiem tak membuat kesenjangan antara gagasan yang pernah diucapkan kepada DPR dan implementasinya. <br /> <br /> <br /> <br />
