JAKARTA, KOMPAS.TV - Sedikitnya empat kali presiden mengutarakan ketidakpuasannya atas kinerja para menteri dalam menangani pandemi dan dampak Covid-19. <br /> <br />Kegeraman atas kinerja para menteri dijelaskan Jokowi berdasarkan realisasi serapan anggaran penanganan Covid-19 yang baru mencapai 20 persen dari total anggaran Rp 695 triliun. <br /> <br />Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden, Dany Amrul Ichdan, menyatakan jika penekanan ini dilakukan Presiden Jokowi sebagai bentuk recovery atas dampak Covid-19. <br /> <br />"Memasuki resesi ataupun indikasi kuat menuju resesi, ini tidak bisa dihindarkan. Sehingga kita harus melakukan segera terobosan untuk bisa recovery," ujar Dany. <br /> <br />Recovery ini, lanjut Dany, adalah dilakukan dengan belanja pemerintah. <br /> <br />Sementara Analis Kebijakan Publik, Agus Pambagio, berpendapat jika takaran keberhasilan suatu lembaga dilihat dari pengelolaan anggarannya. <br /> <br />"Memang ukuran keberhasilan sebuah kementerian atau lembaga itu dari anggaran yang dia habiskan. Ini udah bulan Agustus, tapi baru 20 persen. Untuk yang Covid juga baru sedikit. Nah hal-hal ini juga menjadi persoalan," kata Agus. <br /> <br />Apa kinerja para menteri tidak cukup memuaskan dan apakah kemarahan presiden menjadi sinyal reshuffle kabinet dalam waktu dekat? <br /> <br />Simak pembahasannya bersama dengan Analis Kebijakan Publik, Agus Pambagio, Analis Politik Indobarometer, Muhammad Qodari, dan Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden, Dany Amrul Ichdan. <br /> <br />