KOMPAS.TV - Sejak April lalu, tembok besar di Tiongkok, atau China's Great Wall, sudah kembali menerima kunjungan wisatawan. <br /> <br />Namun sebenarnya, sebagian besar situs kuno ini, dalam kondisi rusak dan butuh pemeliharaan serius. <br /> <br />Tiongkok telah membuka kembali hampir semua sektor usaha, yang sempat ditutup karena pandemi Covid-19. <br /> <br />Bioskop dan berwisata dalam rombongan sudah diperbolehkan, demi membuat ekonomi kembali berputar. <br /> <br />Sebelum pandemi covid-19, lebih dari 10 ribu pengunjung pada liburan musim panas, datang berkunjung ke tembok besar china, melalui Desa Mutianyu, Tiongkok. <br /> <br />Namun sejak dibuka kembali pada April lalu, pengunjung turun menjadi seribu orang per hari. <br /> <br />Tembok besar dibangun oleh kekaisaran tiongkok sejak abad ketiga sebelum masehi, hingga abad ketujuhbelas. <br /> <br />Membentang sepanjang lebih dari 21 ribu kilometer, melintasi pegunungan utara di 15 provinsi di Tiongkok. <br /> <br />Seorang ahli tembok besar menilai, bahwa hanya 10 persen dari keseluruhan tembok, yang dalam kondisi baik. <br /> <br />Hanya dalam rentang 15 kilometer dari desa mutianyu, tembok besar yang terpelihara dengan baik. Sisanya yang melintasi pegunungan, dibiarkan tanpa pengawasan. <br /> <br />Pemerintah Tiongkok sudah menginvestasikan 160 juta yuan, atau sekitar 335 milyar rupiah untuk pemeliharaan tembok besar, terutama di bagian-bagian yang dalam kondisi rusak parah. <br /> <br />Nasib tembok besar, sangat bergantung pada dana perawatan ini. <br /> <br />Orang-orang menempuh perjalanan sekitar 40 mil atau 65 kilometer dari Kota Beijing, untuk melihat pemandangan menakjubkan dari salah satu situs warisan dunia UNESCO ini. <br /> <br />Jumlah pengunjung tembok besar berangsur pulih, meski masih didominasi wisatawan dalam negeri. <br /> <br />