KOMPAS.TV - Klaim temuan kombinasi obat oleh Universitas Airlangga, bersama TNI Angkatan Darat, dan Badan Intelijen Negara, seakan jadi harapan baru, menyembuhkan pasien positif Covid-19 lebih cepat, seperti yang terjadi di Secapa AD, Bandung. <br /> <br />Tapi, akibat metode penelitian yang tak transparan, riset obat ini pun panen kritik. <br /> <br />Transparansi penelitian, jadi salah satu poin kritik yang menerpa riset kombinasi obat Covid-19, UNAIR, TNI Angkatan Darat, dan Badan Intelijen Negara. <br /> <br />Tak main-main, tiga kombinasi obat yang diteliti, diklaim efektif menyembuhkan lebih dari tujuh ratus siswa, yang masuk dalam klaster positif covid-19 di sekolah calon perwira TNI Angkatan Darat di Bandung, Jawa Barat. <br /> <br />Efektivitas kombinasi obat ini, disebut punya presentase penyembuhan yang tinggi, dengan waktu yang lebih singkat. <br /> <br />Riset kombinasi obat Covid-19 ini, tentu jadi harapan baru, dalam menangani wabah di dalam negeri. <br /> <br />Tapi, nasib final peredaran kombinasi obat ini, ada di tangan Badan POM. <br /> <br />Hingga 18 Februari, Badan POM masih belum menerima laporan hasil uji klinis secara resmi, yang sudah lebih dulu menghebohkan publik. <br /> <br />Badan POM juga mengingatkan agar, semua penelitian yang dilakukan harus patuh protokol agar hasilnya bisa dipertanggungjawabkan. <br /> <br />Terlebih, ada komponen obat, yang memiliki efek samping, hingga dipertanyakan keamanannya. <br /> <br />Adu cepat mencari obat, membuat dunia berpacu dan berlomba. <br /> <br />Tapi, ada tahapan kaidah ilmiah yang harus dipatuhi, agar penelitian, bisa bermanfaat, efektif, dan tentu aman untuk digunakan publik. <br /> <br />
