KOMPAS.TV - Penyelamat perut-perut lapar masyarakat kini sedang kesusahan. <br /> <br />Di tengah pandemi yang tak berkesudahan, para pelaku UMKM di sektor makanan harus putar otak mencari cara agar tetap bertahan. <br /> <br />Asep salah satunya. Selama 5 bulan terakhir ini, ia terus berusaha agar bisnis warung makanannya tetap bertahan. Pandemi sempat memukul pendapatannya hingga 50 persen. <br /> <br />Asep pun terpaksa mengurangi karyawan. <br /> <br />Kini ia memilih bertahan meski untung tipis. Ia tetap membuka warung nasi barokahnya, sembari tetap mengikuti arahan pemerintah, menerapkan protokol kesehatan. <br /> <br />Hasilnya, meski perputaran modal sempat jadi kendala, kini Asep mengaku kantong tak lagi meringis. <br /> <br />Warteg Haji Sorri yang berada di kawasan Jakarta Pusat juga mengalami hal yang sama. <br /> <br />Aturan jaga jarak dan pembatasan sosial berskala besar, mau tidak mau merenggut penghasilan warung ini. <br /> <br />Kini warteg Haji Sorri pun berinovasi dengan menerapkan protokol kesehatan agar pengunjung juga merasa nyaman saat makan di warteg ini. <br /> <br />Hasilnya, pemasukan kantong mulai membaik, dalam sebulan terakhir. <br /> <br />Selain kekuatan dari internal, faktor eksternal juga diperlukan sebagai amunisi bagi UMKM, bertahan melawan pandemi. <br /> <br />Salah satunya adalah masuk ke ranah digital. <br /> <br />Namun tak semua UMKM bisa beruntung menjalankan bisnis berbasis teknolog ini. <br /> <br />
