JAKARTA, KOMPAS.TV - Di tengah pandemi covid-19, pengembangan obat dan vaksin menuai harapan. <br /> <br />Paling mutakhir, lewat kerjasama dengan perusahaan farmasi India, Hetero, Kalbe Farma akan segera mendistribuksikan obat antivirus redemsivir dengan merek dagang Covifor. <br /> <br />Produk Covifor produksi Hetero, akan didistribusikan oleh Kalbe Farma dan anak perusahaan Hetero di Indonesia, Amarox Pharma Global. <br /> <br />Di India, obat ini diklaim telah terjual lebih dari satu juta dosis, serta telah disuplai ke sejumlah negara di Amerika Latin, Afrika dan Asia. <br /> <br />Menilik laman Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, BPOM, terdapat produk redemsivir dengan merek Covifor, yang didaftarkan oleh Amarox Pharma Global Indonesia. <br /> <br />Nomor registrasi yang diterbitkan oleh BPOM, bertanggal 19 September 2020. <br /> <br />Dalam surat persetujuan BPOM atas produk Covifor, untuk penggunaan obat dalam kondisi darurat, termuat sejumlah pertimbangan. <br /> <br />Di antaranya, Covifor terbatas digunakan dalam kondisi wabah pandemi. <br /> <br />Pemberiannya juga dibatasi untuk pasien covid-19 dewasa dan remaja, yakni usia 12 tahun atau lebih yang memiliki berat badan 40 kilogram atau lebih, dan merupakan pasien covid-19 berkategori berat yang dirawat di rumah sakit. <br /> <br /> <br />Awalnya, redemsivir diketahui merupakan obat untuk Virus Ebola, bukan untuk covid-19. <br /> <br />Redemsivir kemudian digunakan untuk covid-19, karena ada indikasi cukup efektif untuk menekan replikasi virus sars-cov-dua. Namun demikian, efektivitasnya masih dalam kajian para peneliti. <br /> <br />Untuk memastikan efektivitas redemsivir sebagai obat antivirus corona, dekan fakultas kedokteran universitas Indonesia, Ari Syahrial Syam menyarankan agar redemsivir dan beragam merek produknya diuji klinis dan dibuatkan protokol mediknya. <br /> <br />Anggota satgas waspada dan siaga covid-19 PB Idi Erlina Burhan menyatakan, redemsivir yang selama ini digunakan di rumah sakit tempatnya bekerja, RSUP persahabatan Jakarta Timur, berasal dari pasokan organisasi kesehatan dunia, WHO. <br /> <br /> <br />
