KOMPAS.TV - Kehilangan kemampuan indera penciuman, kini jadi salah satu efek samping yang dilaporkan pasien covid-19. <br /> <br />Pada awal masa pandemi, sulit untuk mengetahui seberapa akurat hal ini, karena efek samping itu juga diderita penderita flu biasa dan orang yang sedang sakit kepala. <br /> <br />Beberapa waktu lalu, ratusan warga di Karangasem, Bali, sempat mengalami hilangnya indera penciuman, bahkan hingga beberapa bulan. <br /> <br />Hal ini dirasakan warga, tanpa disertai gejala lain seperti flu, batuk, pilek ataupun demam. Hal inipun sempat membuat warga resah khawatir, hal ini menjadi gejala spesifik covid-19. <br /> <br />Berdasarkan data yang dilaporkan satuan tugas penanganan covid-19 nasional, gejala kehilangan indera penciuman tidak masuk dalam 13 gejala covid-19 yang dilaporkan dan dirasakan pasien. <br /> <br />Rata-rata gejala pasien positif covid-19 yang dilaporkan, masih didominasi batuk, demam, sesak napas, lemas dan pilek. <br /> <br />Gejala lainnya yang terdeteksi yakni sakit tenggorokan, sakit kepala, mual, keram otot, menggigil, sakit perut dan diare. <br /> <br />Hingga saat ini, belum ada yang bisa memastikan, gejala kehilangan indera penciuman, menjadi gejala otentik pasien covid-19. Karena itu, tes swab PCR masih menjadi sarana paling akurat untuk memastikan seseorang terinfeksi covid-19 atau tidak. <br /> <br />Saat ini tampaknya semakin banyak pasien covid-19, yang melaporkan kehilangan indera penciuman dan perasa. Namun, hal ini belum dikategorikan sebagai gejala otentik oleh dokter, karena bisa dialami juga oleh penderita flu biasa. <br /> <br />Lalu bagaimana membedakan gejala hilang indera penciuman, dari pasien covid-19 dan penderita flu biasa? <br /> <br />Simak dialog selengkapnya bersama Ketua Tim Protokol, Tim Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia, Eka Ginanjar dan Syafri Sitepu, Kepala Biro Kompastv Makassar yang pernah mengalami terinfeksi covid-19. <br /> <br />
