ACEH, KOMPAS.TV - Rosmidar, wanita muda asal Aceh Besar ini mulai menggeluti usaha merangkai sirih sejak 2013 lalu. <br /> <br />Baginya merangkai sirih menjadi salah satu warisan budaya Aceh yang harus dipertahankan. <br /> <br />Sirih atau sering disebut ranup ini menjadi salah satu media penyambung silaturahmi antar masyarakat. <br /> <br />Konon sirih ini digunakan sebagai persembahan saat meminang gadis maupun ritual pernikahan tradisional Aceh. <br /> <br />Awalnya Rosmidar membantu saudaranya yang hendak menikah dengan merangkai sirih berbentuk Kopiah Meukeutop atau topi khas Aceh, namun Rosmidar melihat peluang bisnis yang menjanjikan dari merangkai sirih. <br /> <br />Ada beragam bentuk sirih yang berhasil dirangkainya seperti pinto Aceh, bunga, tas, pesawat terbang semua itu tergantung pesanan pelanggan. <br /> <br />Bahan yang diperlukan yaitu daun sirih, jarum, pelepah pisang, karton tebal dan sejumlah bunga kering. <br /> <br />Harga pemesanan sirih ini pun beragam mulai dari 250 ribu rupiah hingga 400 ribu rupiah tergantung kerumitan dan bahan baku yang digunakan. <br /> <br />Untuk menambah kesan elegan, Rosmidar menambahkan ornamen bunga kering agar terlihat lebih indah dan berwarna. <br /> <br />