JAKARTA, KOMPAS.TV Pemrpov DKI sudah merencanakan beberapa cara kemungkinan menyelamatkan Jakarta dari banjir. <br /> <br />Pertama program Gerebek Lumpur, program ini mengeruk lumpur di sungai ataupun lumpur di selokan air. <br /> <br />Kedua penambahan pompa-pompa, dan yang ketiga adalah menggerakan masyarakat dalam konteks siap, tanggap dan melakukan gerakan bersama. <br /> <br />Hujan deras yang terjadi di sebagian wilayah Indonesia beberapa pekan terakhir telah mengakibatkan sejumlah bencana, seperti banjir dan longsor. <br /> <br />Di Ibukota Jakarta, banjir dengan ketinggian bervariasi menggenangi sejumlah titik pada Jumat malam lalu, menyusul hujan deras sejak sore. <br /> <br />Diantaranya, banjir setinggi 70 sentimeter menggenangi ruas Jalan Patra, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, hingga memutus akses jalan. <br /> <br />Sementara, di Jatinegara, Jakarta Timur, hujan deras disertai angin kencang menumbangkan sebuah pohon dan mengakibatkan sedikitnya delapan rumah warga rusak. <br /> <br />Hasil pemantauan badan meteorologi klimatologi dan geofisika menyebutkan, kenaikan curah hujan akan terjadi sebanyak 40 persen dari kondisi normal, sebagai dampak La Nina. <br /> <br />Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah bersiaga mengantisipasi kemungkinan terjadinya banjir serta dampaknya. <br /> <br />Mulai dari pengerukan sungai, hingga pengecekan kelaikan pompa air, hingga berkoordinasi dengan pihak terkait. <br /> <br />Gubernur jakarta anies baswedan dalam apel kesiagaan tanggap bencana banjir beberapa waktu lalu menyatakan tiga kunci penanganan banjir di Jakarta, yaitu siaga, tanggap dan galang. <br /> <br />Puncak La Nina diprediksi akan terjadi pada akhir tahun 2020 hingga awal 2021. <br /> <br />Segala antisipasi dan persiapan yang dilakukan diharapkan dapat mengurangi dampak banjir dan bencana lainnya. <br /> <br /> <br />