PROBOLINGGO, KOMPAS.TV - Kelompok pelaku wisata yang paling terdampak pandemi Covid-19 di kawasan Gunung Bromo, Jawa Timur, adalah pemilik jasa angkutan jeep. Moda transportasi khas bromo ini banyak dikandangkan pemilik karena sepinya kunjungan wisatawan. <br /> <br />Agar tetap bertahan hidup, sejumlah pemilik atau sopir jeep mulai menekuni pekerjaan baru. Seperti yang digeluti oleh Salim, warga desa Ngepung, Kabupaten Probolinggo. <br /> <br />Salim yang setiap harinya bekerja sebagai sopir jeep, lantas beralih menjadi pebudidaya bunga anggrek. Hal tersebut dijalaninya karena wisata gunung Bromo ditutup total. <br /> <br />Sejak 5 bulan belakangan ini, Salim mengembangkan beragam jenis dan macam bunga anggrek, di lahan kosong di samping rumahnya. Anggrek yang ditanam beragam, mulai anggrek yang berbentuk bulat, twister ulir, dan keriting. <br /> <br />Beragam cara perawatan dilakukan agar tanaman ini bisa tumbuh subur dan berbunga indah. Namun, Salim mengutamakan pemupukan secara alami agar tanaman anggrek bisa tahan lama. <br /> <br />Harga bibit dan anggrek Bromo dijual antara Rp 50.000,- hingga Rp 100.000,- per pohon. Dalam 1 bulan Salim mampu meraih omzet sedikitnya 4 juta rupiah. <br /> <br />Saat ini wisata gunung Bromo telah dibuka kembali meski jumlah pengunjung dibatasi. Bunga anggrek bisa menjadi salah satu cendera mata khas gunung Bromo bagi pengunjung. <br /> <br /> <br /> <br />