KOMPAS.TV - Pemulihan sektor properti dari pandemi berjalan lambat. Pandemi covid-19 menjadi alasan utama, penjualan properti residensial khususnya rumah, anjlok. <br /> <br />Dari survei Bank Indonesia, penjualan properti residensial triwulan 3 masih terkontraksi 30,93 persen. <br /> <br />Paling terasa pada penjualan rumah tipe kecil dan besar. Banyak pembeli di rumah tipe kecil, membatalkan pesanannya. <br /> <br />Kondisi ini berbeda dengan penjualan rumah tipe menengah yang masih mampu mencatatkan pertumbuhan. <br /> <br />Ganjalan orang membeli rumah tidak hanya terletak pada pandemi. Sebagian responden menilai suku bunga KPR masih terlalu tinggi. <br /> <br />Secara umum, kenaikan harga properti residensial masih stabil, di 1,5 persen, sepanjang juli hingga september. <br /> <br />Kita lihat lebih dekat beberapa daerah. Di kawasan Jabodebek-Banten, kenaikannya sebesar 1,22 persen. <br /> <br />Surabaya lebih tinggi, di 2,42 persen. Sementara Semarang dan Denpasar di bawah 1 persen. <br /> <br />Dari survei BI, pelemahan harga rumah dari semua tipe, masih akan berlanjut hingga akhir tahun. <br /> <br />Para pembeli rumah, sebagian besar merupakan pejuang KPR. Sebanyak 76,02 persen, menggunakan KPR sebagai sumber pembiayaan membeli rumah. <br /> <br />Hanya sebagian kecil saja. 17,67 persen, mengambil skema tunai bertahap dan 6,31 persen membayar tunai. <br /> <br />Sementara pencairan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) sebesar 2.144 triliun rupiah. <br /> <br /> <br />