JAKARTA, KOMPAS.TV - Kalau bicara komoditas impor, seringkali Indonesia dihadapkan dengan kenaikan harga. <br /> <br />Karena semua bergantung pada kondisi di negara pengimpor. <br /> <br />Mulai dari jumlah komoditasnya hingga nilai tukar atau kurs dari negara tersebut. <br /> <br />Ada daging lokal dan daging impor, dipilih pemerintah supaya masyarakat punya pilihan varian daging sapi yang akan dibeli. <br /> <br />Mengapa Indonesia selalu impor? Alasannya selalu sama. Karena kebutuhan masyarakat Indonesia tak cukup hanya dipenuhi oleh produksi domestik. Ini adalah angka untuk kebutuhan daging sapi di Indonesia. <br /> <br />Nah dengan selisih ini, maka ditambahlah daging impor untuk memenuhi kebutuhannya. <br /> <br />Berarti ada 300.000 ton daing sapi atau setara 1,7 ekor sapi per tahun, untuk bisa memenuhi kebutuhan domestik. <br /> <br />Terhitung sudah 1 dekade lebih Indonesia mengimpor daging sapi. <br /> <br />Berdasarkan data United Nations Comtrade, ada peningkatan volume impor daging sapi di Indonesia. <br /> <br />Karena pandemi di tahun lalu, kementerian pertanian memberi relaksasi untuk para importir, terutama importir sapi bakalan.sebelum pandemi aturannya, Kalau importir mengimpor 5 sapi bakalan, wajib mengimpor 1 sapi indukann. Saat pandemi aturan ini dihapuskan. <br /> <br />Jadi daging impor biasanya datang dalam bentuk anakan atau bakalan sapi. Dibesarkan di peternakan di Indonesia selama 3 sampai 4 bulan. <br /> <br /> <br /> <br />