JAKARTA, KOMPAS.TV - <br /> <br />Penjualan mobil nasional belum juga membaik akibat pandemi. <br /> <br />Di bulan Januari 2021, penjualan mobil turun lagi 8 persen jika dibanding bulan Desember 2020. <br /> <br />Secara tahunan, penjualan mobil di 2020 turun hingga 45 persen, hanya 578.327 unit mobil yang terjual. <br /> <br />Jauh jika kita bandingkan dengan penjualan ritel pada tahun-tahun sebelumya, di mana selalu tembus 1 juta unit. <br /> <br />Dan tahun ini, Gaikindo sendiri memproyeksi penjualan mobil masih belum akan pulih sepenuhnya. <br /> <br />Diperkirakan 750 ribu mobil akan terjual pada 2021. Di awal tahun, penjualan mobil tercatat hanya 52.910 unit. <br /> <br />Turun 34 persen secara tahunan. <br /> <br />Toyota masih jadi pemimpin pasar, dibayangi penjualan Mitsubishi. <br /> <br />Salah satu cara untuk menggenjot kembali penjualan mobil adalah lewat insentif pajak PPN barang mewah yang rencananya akan diterapkan bulan Maret mendatang. <br /> <br />Namun kontroversi masih membayangi kebijakan ini, terutama soal efektivitas insentif pajak otomotif saat kegiatan masyarakat sebenarnya masih terbatas. <br /> <br />Relaksasi pajak pertambahan nilai barang mewah, PPNBM yang akan dikeluarkan pemerintah untuk pembelian mobil baru masih memunculkan kontroversi. <br /> <br />Sempat ditolak kementerian keuangan tahun lalu, insentif PPNBM akhirnya diberikan pemerintah, dengan tujuan memacu pertumbuhan industri manufaktur. <br /> <br />Mengingat manufaktur jadi penyumbang cukup besar untuk produk domestik bruto, hampir 20 persen. <br /> <br />Relaksasi PPNBM diharapkan menjadi win-win solution antara produsen otomotif dan konsumen, saat pandemi. <br /> <br />
