BALI, KOMPAS.TV - Sudah setahun terakhir semenjak pandemi Covid-19, industri kain tenun khas Bali yang populer dengan sebutan Endek, lesu. Ketiadaan pesanan dan menurunnya penjualan karena tidak ada wisatawan, membuat para perajin tak berproduksi. <br /> <br />Tetapi kini, alat-alat tenun kembali berputar. Jari jemari para perajin juga kembali menari. Geliat ini tampak di sebuah rumah produksi kain tradisional di Denpasar. <br /> <br />Para perajin kembali produktif setelah kebanjiran pesanan dari instansi-instansi Pemerintahan, setelah Gubernur Bali I Wayan Koster mengeluarkan Surat Edaran, agar jajarannya menggunakan pakaian dari kain Endek. <br /> <br />Penjualan kain Endek pun perlahan meningkat hingga sepuluh persen. <br /> <br />Penenun kembali bersemangat membuat kain Endek dengan beragam macam motif dan warna. Motif kain ini memiliki keunikan, mulai dari motif sakral hingga yang mencerminkan nuansa alam. <br /> <br />Bukan hanya di Denpasar, para penenun kain Endek di Klungkung juga kembali bangkit. Para perajin dan penjual mengeluhkan penurunan penjualan hingga 75 persen saat pandemi Covid-19 melanda. <br /> <br />Kondisi pandemi Covid-19 dianggap paling sulit, setelah berpuluh-puluh tahun mereka berjualan kain. <br /> <br />Namun kini sudah ramai pembeli baik yang membeli kain jadi maupun memesan kain untuk ditenun. <br /> <br />Harga kain tenun Endek di pasar ini dijual mulai dari harga Rp 70.000,- hingga Rp 100.000,- per meter. <br /> <br />Video Editor: Lisa Nurjannah <br /> <br />