JAKARTA, KOMPAS.TV - Pasca-insiden penembakan di Markas Besar Polri kemarin, polisi menyebut sang pelaku teroris bernama Zakiah Aini bertindak atas inisiatif sendiri atau lone wolf. <br /> <br />Meski demikian, polisi terus menelusuri keterlibatan perempuan kelahiran tahun 1995 itu dengan jaringan-jaringan teroris di tanah air. <br /> <br />Dari dua kasus aksi teror yang terjadi kurang dari sepekan ini polisi turut menemukan barang bukti surat wasiat. <br /> <br />Sama seperti teroris aksi bom bunuh diri di Makassar. <br /> <br />Surat itu, ditulis menggunakan tangan di secarik kertas. <br /> <br />Isi kedua surat wasiat ini, memiliki pola yang mirip, yakni sama-sama ditujukan kepada orang tua masing-masing. <br /> <br />Selain sama-sama menulis surat wasiat, kesamaan lainnya yakni kedua pelaku sama-sama berusia muda yang tergolong kaum milenial bahkan gen z. <br /> <br />Peneliti Terorisme Serve Indonesia Dete Aliyah mengungkap, ada perubahan strategi yang dilakukan jaringan terorisme di Indonesia yang menyasar kaum milenial, melalui aktivitas yang juga sangat milenial. <br /> <br />Selain keterlibatan kaum milenial, fenomena baru jaringan terorisme juga ditandai dengan keterlibatan perempuan dalam aksi teror, di garis terdepan. <br /> <br />Apakah ada fenomena baru terkait keterlibatan perempuan dalam aksi terorisme? <br /> <br />Ataukah memang perempuan sebetulnya menjadi target dari aksi teror? <br /> <br />Kita bahas bersama Peneliti Terorisme Serve Indonesia, Dete Aliyah. <br /> <br />Lalu ada Grafolog Isog - Indonesian School Of Graphology, Deborah Dewi. <br /> <br />Serta ada Koordinator Jaringan Gusdurian, Alissa Wahid, yang bergabung via telepon. <br /> <br />