PONTIANAK, KOMPAS.TV - Kelompok Meriam Karbit Setia Tambelan di Kelurahan Tambelan Sampit, Kecamatan Pontianak Timur ini, menjadi salah satu kelompok yang menyiapkan meriam karbit. <br /> <br />Batang-batang kayu raksasa yang sebelumnya direndam di dalam Sungai Kapuas ini, diangkat ke permukaan untuk dibersihkan. <br /> <br />Setiap malam hari, para pemuda bergotong royong mempersiapkan batang-batang meriam. <br /> <br />Salah satunya melilitkan simpai atau tali pengekang batang meriam menggunakan rotan. <br /> <br />Simpai ini dipasang untuk meredam ledakan, agar batang meriam yang telah dibelah dan dibolongkan ini tidak pecah saat dibunyikan. <br /> <br />Proses melilit simpai tali rotan ini, pada satu meriam setidaknya membutuhkan waktu hingga satu hari. <br /> <br />Setelah pelilitan simpai seluruh batang meriam ini selesai, batang-batang meriam ini nantinya akan dinaikkan pada landasan peledakan. <br /> <br />Selanjutnya batang meriam polos ini akan diberi cat atau hiasan agar lebih menarik. <br /> <br />Pemerintah Kota Pontianak resmi meniadakan festival meriam karbit untuk mencegah kerumunan. <br /> <br />Namun pemerintah tetap memperbolehkan jika masyarakat ingin tetap membunyikan meriam karbit asal tidak terjadi kerumunan. <br /> <br />Peneliti sejarah, balai pelestarian nilai budaya kalbar menjelaskan, permainan meriam karbit erat kaitannya dengan sejarah berdirinya kota Pontianak. <br /> <br />Pada zaman dahulu pendiri Kota Pontianak Sultan Syarif Abdurahman Alkadri, membunyikan meriam untuk mengusir para perompak. <br /> <br />Dibunyikannya meriam karbit setiap bulan ramadhan di Kota Pontianak ini, dilakukan untuk mengingat awal berdirinya kota Pontianak. <br /> <br />Hingga kini, meriam karbit menjadi tradisi yang melekat di masyarakat dan telah ditetapkan pada tahun 2016 sebagai warisan budaya tak benda. <br /> <br />
