JAKARTA, KOMPAS.TV - Dewan Penasihat Federasi Buruh Pelabuhan Indonesia, Ilhamsjah, mengungkapkan jika praktik pemalakan oleh preman di Tanjung Priuk, Jakarta Utara, telah terjadi sejak puluhan tahun silam. <br /> <br />Ilhamsjah menceritakan jika ada banyak tahapan pungli yang dialami oleh para sopir. <br /> <br />"Itu tahapan pertama dia keluar dari garasi dia itu sudah ada pungli. Jadi pungli pertama itu pungli yang dilakukan di jalan," kata Ilhamsjah. <br /> <br />Ia mengungkapkan setidaknya seorang sopir harus mengeluarkan Rp 45.000,- per harinya. Mirisnya, sopir tak memiliki penghasilan yang banyak. <br /> <br />Berdasarkan data yang ia himpun sebelum masa pandemi Covid-19, setidaknya ada 12.000 lebih kontainer yang beroperasi di pelabuhan Tanjung Priok. Jika dirata-rata, setidaknya ada 540 juta uang sopir yang menguap di jalan tersebut. <br /> <br />"Uang yang dikeluarkan oleh sopir untuk pungli itu harusnya uang yang bisa dia bawa pulang untuk anak istrinya," sambungnya. <br /> <br />Simak pembahasannya bersama dengan Kepala Pusat Kajian Keamanan Nasional Universitas Bhayangkara Jakarta Raya, Hermawan Sulistyo, dan Dewan Penasihat Federasi Buruh Pelabuhan Indonesia, Ilhamsjah. <br /> <br /> <br /> <br /> <br />