Surprise Me!

Dugaan Motif Doktrin Intoleransi dalam Kasus Perusakan Makam Salib di Solo oleh Anak-Anak

2021-06-25 613 Dailymotion

KOMPAS.TV - Anak-anak di bawah umur yang merupakan pelajar sekolah informal menjadi pelaku perusakan sejumlah Makam Cemoro Kembar di Solo. <br /> <br />Melihat tindakan tersebut sudah menjurus ke intoleransi, polisi pun turun tangan. <br /> <br />Hingga kini, polisi sudah menangkap sebagian pelaku. Polisi juga masih menyelidiki dugaan doktrin intoleransi pada anak-anak yang melakukan perusakan. <br /> <br />Namun, karena pelaku masuh di bawah umur, penyelesaian kasus akan dilakukan secara kekeluargaan yang juga melibatkan psikolog. <br /> <br />Pengasuh sekolah informal, Lembaga Khuttab, tempat para pelaku belajar menyebut tidak ada kesengajaan dalam perusakan makam. <br /> <br />Anak-anak asuh Lembaga Khuttab ini disebut memang kerap bermain di area makam, seusai belajar bersama. <br /> <br />Setelah kasus ini terkuak, Kantor Kementerian Agama Wilayah Solo mengonfirmasi, bahwa Lembaga Pendidikan Khuttab tersebut tidak berizin. <br /> <br />Selain perizinan, Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka juga mempermasalahkan pelanggaran protokol kesehatan sekolah yang semestinya belajar-mengajar secara online. <br /> <br />Gibran pun merasa geram, hingga beberapa malam, kendaraan dinas Wali Kota Solo ini pun sengaja diparkir tak jauh dari area perusakan makam. <br /> <br />Gibran juga menyerahkan kasus ini ke polisi. <br /> <br />Sekretaris Dewan Nasional Setara Institute, Benny Susetyo menyebutkan jika kasus perusakan makam ini membuktikan masih adanya sikap intoleransi yang bahkan sudah menyasar ke anak-anak. <br /> <br />"Tindakan intoleransi tidak sesuai dengan konstitusi bangsa dan negara Indonesia. Anak-anak bisa melakukan tindakan intoleransi, menggambarkan ada unsur kebencian terhadap agama tertentu yang diajarkan dalam sekolah mereka dan ini sangat berbahaya" ujar Romo Benny. <br /> <br />Romo Benny menyebutkan sudah seharusnya kita membenarkan sistem pendidikan agar bisa menghargai dan melihat perbedaan sebagai bentuk keberagaman bukan malah membencinya. <br /> <br />Simak pembahasan selengkapnya bersama Komisioner KPAI, Putu Elvina dan Sekretaris Dewan Nasional Setara Institute, Benny Susetyo. <br /> <br />

Buy Now on CodeCanyon