BANDA ACEH, KOMPAS.TV - Relawan Yayasan Sahabat Difabel Aceh, terus merawat 12 anak penderita lumpuh otak atau celebral palsy, yang harus menjalani fisioterapi, di tengah pandemi covid-19. <br /> <br />Meski sempat terhenti pada tahun 2020 akibat keterbatasan anggaran, namun kini rumah terapi kembali dibuka, berkat bantuan dan sumbangan donatur. <br /> <br />Rumah terapi celebral palsy ini didirikan oleh Nuraida, seorang ASN Dinas Sosial Aceh Besar sejak 2017 lalu. <br /> <br />Dirinya bertekad merawat anak disabilitas, meski membutuhkan waktu yang lama menjalani fisioterapi. <br /> <br />Yayasan Sahabat Difabel Aceh, hanya memiliki dua terapis, namun mereka bekerja ekstra dengan cara pendekatan emosional, agar anak nyaman menjalani terapi. <br /> <br />Metode terapi yang diberikan yaitu melatih kemampuan fisik anak, pemijatan sendi, terapi okupasi, serta melatih sensor motorik dengan mengajak anak menghafal ayat-ayat pendek Al-qur'an. <br /> <br />Tak hanya dilakukan di rumah terapi, terkadang para terapis juga mengunjungi rumah anak disabilitas. <br /> <br />Kebanyakan usia anak yang menjalani terapi berkisar dari usia 3 hingga 11 tahun. <br /> <br />Namun usia optimal menjalani terapi adalah dibawah lima tahun. <br /> <br />