KOMPAS.TV - Euforia melanda masyarakat Inggris. Berkat kemenangan atas Jerman di perdelapan final, mereka kini optimistis dapat lolos ke final bahkan juara. <br /> <br />Nyanyian football coming home, terus didengungkan para pendukungnya. <br /> <br />Mengingat kemenangan atas Der Panzer sangatlah bersejarah. <br /> <br />Untuk pertama kalinya, The Three Lions menyingkirkan Jerman di fase gugur turnamen mayor sejak 1966. <br /> <br />Untuk pertama kali pula, Inggris mengalahkan Jerman di stadion keramat Wembley sejak 1975 dan ini sekaligus menjadi kemenangan perdana atas Jerman sejak tahun 2000. <br /> <br />Kegembiraan yang melanda di masyarakat ikut melanda pula sejumlah pemberitaan headline media massa di Inggris. <br /> <br />Banyak headline mengangkat sanjungan terhadap Armada Garet Southgate, termasuk mewacanakan hasrat menjadi juara. <br /> <br />Padahal, tak ada puja-puji sebelum kemenangan atas Jerman, yang ada hanyalah kritik. <br /> <br />Inilah dinamika yang sangat berbeda dari media massa Inggris terhadap tim nasionalnya menurut asisten profesor sport management dari Coventry University, doktor Tom Bason. <br /> <br />"Jadi jika tabloid ingin menimbulkan rasa patriotisme, mereka harus beralih ke sejarah militer antara kedua negara. Akibatnya, banyak headline sebelum pertandingan berdasarkan oleh kekalahan-kekalahan penalti Inggris sebelumnya saat melawan Jerman, atau tentang Perang Dunia. Setelah pertandingan, yang terasa adalah perasaan lega- terutama bahwa Inggris akhirnya mengalahkan Jerman dalam pertandingan sistem gugur- dan ini pun tercermin di media," ujar Tom Bason. <br /> <br />Ekspektasi yang berlebihan dapat mengganggu konsentrasi timnas Inggris. <br /> <br />Masih menurut Bason, kekalahan dalam laga selanjutnya akan dilihat sebagai kegagalan oleh media. Tugas manajemen The Three Lions lah melindungi para pemain agar tidak membebani pikiran mereka. <br /> <br /> <br /> <br />
