KOMPAS.TV - Berbagai cara di tempuh pemerintah untuk mengejar laju vaksinasi covid-19 yang masih begitu lambat. <br /> <br />Demi mencapat target kekebalan kelompok, Pemerintah kini malah membuka vaksinasi gotong royong berbayar bagi individu melalui Kementerian BUMN dan Kimia Farma Group. <br /> <br />PT Kimia Farma mulai Senin besok (12/7/2021) akan membuka layanan vaksinasi covid-19 berbayar. <br /> <br />Pemerintah melalui Kementerian BUMN menjelaskan layanan vaksinasi ini untuk memfasilitasi tambahan vaksinasi covid-19 ini karena penyebaran virus ini terus meningkat selama beberapa pekan terakhir. <br /> <br />Terdapat 8 klinik Kimia Farma yang melayani vaksinasi mandiri dan berbayar ini tersebar di Jakarta, Bandung, Semarang, Solo, Surabaya dan Bali. <br /> <br />Jenis vaksin yang digunakan dalam program ini, yaitu vaksin produksi Sinopharm. Sementara harga pembelian ditetapkan sebesar Rp 321.660 per dosis dengan tarif maksimal pelayanan vaksinasi sebesar Rp 117.910 per dosis. <br /> <br />Artinya, setiap satu dosis suntikan vaksin, masyarakat dapat membayar Rp. 439.570. Sehingga untuk dua dosis, dikenakan biaya sebesar Rp. 879.140. <br /> <br />Vaksinasi berbayar ini dikritik Anggota Komisi IX DPR dari Fraksi PAN. <br /> <br />Menurut Saleh Daulay, vaksinasi berbayar ini menunjukkan pemerintah tidak konsisten karena sebelumnya Presiden Jokowi pernah menyebutkan jika vaksin Covid-19 digratiskan untuk seluruh rakyat Indonesia. Hal itu disampaikan Presiden via Youtube Sekretariat Presiden, Jakarta, Rabu (16/12/2020). <br /> <br />Sejumlah warga, juga menilai vaksinasi berbayar tidak akan diminati karena harganya yang dianggap terlalu mahal. <br /> <br />Jenis vaksin yang dialokasikan untuk Vaksinasi Gotong Royong berbayar ini menggunakan Sinopharm buatan Tiongkok. <br /> <br />