BANJARMASIN, KOMPAS.TV - Suasana Terminal Kilometer 6 Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, terlihat lengang, angkutan kota pun terlihat masih berjejer sembari menunggu calon penumpang untuk dapat beroperasi. <br /> <br />Di tengah Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level empat, pendapatan para sopir diakui kian menurun. <br /> <br />Kondisi ini bahkan membuat banyak sopir beralih profesi, sementara sisanya tetap bertahan untuk mencari nafkah di tengah sulitnya mencari pekerjaan. <br /> <br />Satu diantaranya Aspandi, yang kini hanya mengandalkan jasa angkutan barang yang dititipkan oleh warga untuk diantar ke rumah dari Banjarmasin ke Martapura lantaran sulitnya mendapatkan penumpang. <br /> <br />Namun Aspandi mengaku bersyukur meski pendapatan yang diraup hanya 60 ribu per harinya yang hasil itu pun dibagi dua untuk disisihkan kepada pemilik mobil angkutan yang ia sewa. <br /> <br />"kami ini kan merasa penumpang tidak ada, kadang-kadang barang yang dibawa, itupun kalau ada barangnya, kalau tidak ada juga ya bisa tidak naik dalam sehari," ungkapnya. <br /> <br />Namun sepinya penumpang disadari Aspandi bukan hanya akibat PPKM. <br /> <br />Melainkan pula akibat beroperasinya bus rapid transit rute Banjarbakula juga makin memperparah kondisi ekonomi mereka. <br /> <br />Mengingat tarif yang dikenakan penumpang hanya 5000 rupiah jauh lebih rendah dibandingkan sopir angkutan kota sebesar 15.000 rupiah. <br /> <br />
