JAKARTA, KOMPAS.TV - Pemerintah memastikan data 1,3 juta pengguna aplikasi electronic health alert, atau e-HAC, tidak bocor. <br /> <br />Pihak Kementerian Kesehatan menyebut data pengguna yang sempat diklaim bocor pada akhir Agustus lalu, bukanlah data yang ada di e-HAC yang menjadi bagian dari aplikasi Peduli Lindungi. <br /> <br />Baca Juga Kemenkes Minta Warga Hapus Aplikasi eHAC Versi Lama usai Ada Laporan Data Bocor di https://www.kompas.tv/article/206784/kemenkes-minta-warga-hapus-aplikasi-ehac-versi-lama-usai-ada-laporan-data-bocor <br /> <br />Hasil penelusuran Kemenkes mengindikasikan bahwa terjadi dugaan kebocoran data pada aplikasi e-HAC lama yang sudah dinonaktifkan sejak tanggal 2 Juli 2021. <br /> <br />Sementara itu, pakar keamanan siber dari Communication and Information System Security Research Center atau CISSREC, menyebut pemerintah tidak boleh menganggap remeh 1,3 juta data pengguna e-HAC, meskipun itu adalah aplikasi lama ataupun baru. <br /> <br />Sebelumnya pemerintah mengklaim sudah mengintegrasikan e-HAC kedalam aplikasi peduli lindungi. <br /> <br />Pemerintah menyiapkan aplikasi Peduli Lindungi untuk digunakan masyarakat dan sektor industri. <br /> <br />Selain itu, aplikasi ini bisa membantu instansi pemerintah terkait pelacakan digital, sebagai upaya untuk menghentikan penyebaran covid-19. <br /> <br />Dengan sistem yang terintegrasi, pemerintah menyebut Aplikasi Peduli Lindungi kini sudah terhubung dengan sistem dan database yang ada di Kementerian Kesehatan, dan bisa melacak data masyarakat yang sudah tervaksinasi. <br /> <br />Termasuk juga data hasil tes PCR atau swab antigen, yang akan digunakan sebagai syarat perjalanan dan juga berkegiatan di tempat umum. <br /> <br />