DEMAK, KOMPAS.TV - Abdurrohim adalah salah satu perajin kaligrafi asal Desa Karang Anyar, Kecamatan Wonosalam, Demak, Jawa Tengah, yang mampu bertahan di tengah badai Covid-19. <br /> <br />Di tahun pertama pandemi Covid-19, Abdurrohim sempat menghentikan usahanya selama kurang lebih dua bulan, lantaran memang tidak ada permintaan. <br /> <br />Kondisi ini membuat Abdurrohim sempat goyang karena kehabisan modal. <br /> <br />Setelah mulai berhitung seusai mempelajari harga dan selera konsumen, muncul gagasan untuk menyiasati bahan baku yang semula berupa aluminium, kini menggunakan bahan lilin prada. <br /> <br />Lilin prada adalah hasil penggabungan antara lilin dengan kertas emas. <br /> <br />Mulai pagi hingga sore hari, rumah usaha kerajinan kaligrafi Abdurrohim sejak satu bulan ini terlihat bergeliat. <br /> <br />Selain dari pulau Jawa, pemesan kaligrafi karyanya juga datang dari Kalimantan dan Sumatera. <br /> <br />Belakangan pesanan meningkat setelah Abdurrohim menggunakan metode kaligrafi lilin prada yang harganya lebih murah 30 persen dari bahan tembaga. <br /> <br />Selain menghasilkan karya seni kaligrafi yang lembut, keberhasilan metode ini menjadikan harga produksi lebih murah. <br /> <br />Seperti kaligrafi bertema dalam botol yang dijual seharga Rp55.000,-. <br /> <br />Sedangkan untuk kaligrafi Asmaul Husna harganya variatif sesuai ukuran, sekitar Rp60.000,- ribu sampai Rp125.000,- <br /> <br />Bahkan kaligrafi surat yasin dengan ukuran 1X2 meter hanya dibanderol di harga Rp500.000,- <br /> <br />Video Editor: Laurensius Galih <br /> <br />Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/216928/inspiratif-kisah-bangkitnya-usaha-kerajinan-kaligrafi-setelah-nyaris-gulung-tikar