JAKARTA, KOMPAS.TV - Munculnya klaster Covid-19 di sejumlah sekolah pasca dibukanya sekolah tatap muka jadi kekhawatiran masyarakat. <br /> <br />Meski dilakukan dengan protokol kesehatan dan sejumlah aturan ketat, namun risiko penularan dan celah ketidakdisiplinan baik siswa maupun guru di sekolah tetap ada. <br /> <br />Itulah yang jadi pertimbangan Kementerian Kesehatan untuk merumuskan strategi active surveillance atau pemantauan aktif agar klaster Covid-19 di sekolah tak meluas. <br /> <br />Kemenkes akan menggelar tes Covid-19 massal secara acak di sekolah-sekolah yang menggelar pembelajaran tatap muka. <br /> <br />Program active surveillance atau pemantauan aktif ini akan dilakukan terhadap 10 persen sekolah di setiap daerah tingkat kabupaten, kota. <br /> <br />30 siswa dan tiga guru atau tenaga kependidikan akan dites Covid-19 secara acak. <br /> <br />Jika ditemukan sekolah dengan positivity rate atau rasio positif lebih dari 5%, maka sekolah itu wajib ditutup sementara selama 2 pekan. <br /> <br />Program pemantauan aktif ini sudah diterapkan di DKI Jakarta. <br /> <br />Jika di sekolah di temukan positivity rate di bawah 1%, maka kasus ditangani dengan penelusuran kontak erat. Paling tidak bagi siswa yang satu kelas dengan yang positif wajib dikarantina. <br /> <br /> <br />Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/article/218989/ini-strategi-kemenkes-untuk-cegah-klaster-sekolah-meluas