Surprise Me!

Bertahan Saat Pandemi, Perajin Batik Kain Beralih Melukis Batik Payung

2021-10-19 6 Dailymotion

KLATEN, KOMPAS.TV - Sejak 2007, Sugiyati dan keluarga, warga Dukuh Pendem, Desa Jarum, Kecamatan Bayat, Klaten, Jawa Tengah, menggeluti usaha kerajinan batik kain dan batik kayu. <br /> <br />Namun pandemi Covid-19, sempat memukul usaha mereka, tidak ada pemesan sama sekali. <br /> <br />Di saat sejumlah perajin lain memilih tutup, Sugiyati dan suaminya masih memikirkan cara untuk bertahan. <br /> <br />Keduanya pun memutuskan untuk melakukan inovasi pada produk batik mereka. <br /> <br />Media membatik seperti kain dan kayu pun diganti menjadi payung. <br /> <br />Proses membatik pada payung berbeda dengan membatik pada kain atau kayu. <br /> <br />Kain payung yang tidak bisa digambar kerangka batik, membuat perajin membatik langsung di medianya. <br /> <br />Jika biasanya membatik menggunakan malam, batik pada payung memakai cat air. Ini membuat para perajin harus lebih teliti dan tenang saat mengerjakan payung batik. <br /> <br />Geliat kerajinan payung batik ini menghidupkan kembali ekonomi dan memberdayakan para ibu Dukuh Pendem. <br /> <br />Payung-payung cantik bermotif batik ini dipasok ke sejumlah pasar di Klaten, Solo, Yogyakarta, Jakarta dan sejumlah pasar di Denpasar. <br /> <br />Payung batik buatan Sugiyati dan keluarganya bahkan telah diekspor ke India dan Hong Kong. <br /> <br />Butuh waktu 2 hingga 3 hari untuk menyelesaikan batik pada payung. Satu payung batik dijual mulai dari 200 ribu hingga 350 ribu rupiah. <br /> <br />Video Editor: Jihan Zahirah <br /> <br />Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/article/223106/bertahan-saat-pandemi-perajin-batik-kain-beralih-melukis-batik-payung

Buy Now on CodeCanyon