KOMPAS.TV - Investigasi sementara Komnas HAM dan LPSK menemukan adanya korban tewas di dalam kerangkeng milik bupati non aktif Langkat terbit rencana perangin angin. <br /> <br />Polisi kini masih menyelidiki kasus ini termasuk mencari pelaku penganiayaan terhadap korban. <br /> <br />Kasus penemuan kerangkeng milik bupati langkat non aktif Terbit Rencana Perangin Angin memasuki babak baru. <br /> <br />Baca Juga Komnas HAM Segera Periksa Bupati Langkat Terkait Kerangkeng Manusia di https://www.kompas.tv/article/256603/komnas-ham-segera-periksa-bupati-langkat-terkait-kerangkeng-manusia <br /> <br />Hasil investigasi sementaran menemukan adanya korban tewas di dalam kerangkeng yang diduga akibat tindak penganiayaan. <br /> <br />Komisioner Komnas HAM Choirul Anam mengatakan, ada dugaan korban penghuni kerangkeng yang tewas ini berjumlah lebih dari satu. <br /> <br />Tak hanya komnas HAM, Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban atau LPSK juga menemukan dugaan adanya penghuni yang tewas di sel milik Terbit Rencana Perangin Angin. <br /> <br />Wakil ketua LPSK RI Edwin Partogi Pasaribu mengaku, mendapat informasi dari keluarga korban yang kasusnya terjadi sekitar tahun 2019. <br /> <br />Menurut Edwin, keluarga sempat menemukan adanya dugaan bekas penganiayaan pada jenazah korban. <br /> <br />Sementara itu, polisi telah menyelidiki adanya ada tindak kekerasan yang diduga menyebabkan satu warga yang tewas saat ditempatkan dalam kerangkeng. <br /> <br />Kapolda Sumatera Utara Irjen Panca Putera Simanjuntak menyatakan, pihaknya masih menyelidiki kasus ini termasuk mencari pelaku penganiayaan terhadap korban. <br /> <br />Data sementara yang dihimpun Polda Sumatera Utara menyebutkan, ada 656 warga yang pernah berada di dalam kerangkeng ini. <br /> <br />Sebelumnya keberadaan kerangkeng manusia ini mulai diketahui saat KPK melakukan penggeledahanterkait kasus suap yang dilakukan bupati langkat non aktif Terbit Rencana Perangi Angin. <br /> <br />Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/article/256657/kasus-kerangkeng-milik-bupati-nonaktif-langkat-makan-korban-lebih-dari-satu-orang