JAKARTA, KOMPAS.TV - Gambaran Jakarta dengan deretan gedung yang menjulang, membuat parasnya, kian menawan. <br /> <br />Jakarta, bagi sekitar 28 juta warganya, jadi tempat peraduan. <br /> <br />Menggantungkan nasib dan mencari rezeki, demi sesuap nasi. <br /> <br />Di balik kemegahannya, Ibu Kota menyimpan cerita, tentang seni bertahan hidup, meski harus berada di jalanan. <br /> <br />Termasuk, Revan, yang masih berusia 14 tahun. <br /> <br />Mengamen di jalanan telah dijalaninya sejak kecil, bersama sang ibu. <br /> <br />Sulung 4 bersaudara yang duduk di bangku kelas 6 SD ini, menjadi penopang hidup keluarga. <br /> <br />Menelusuri jasa sewa kostum badut di salah satu sudut Jakarta, ada kah ladang bisnis tercipta, dari tren badut jalanan? <br /> <br />Penelusuran mempertemukan kami dengan MN, pemilik sebuah penyewaan kostum badut. <br /> <br />Ia, bercerita pada kami, kostum badut yang disewakannya, banyak yang hilang. <br /> <br />Sebab, badut si penyewa, kerap terjaring razia. <br /> <br />Wanita paruh baya ini mengaku, tak pernah menyewakan kostum badut pada anak-anak di bawah umur. <br /> <br />MN, yang punya lebih dari 10 kostum badut, memungut uang sewa kostum yang dipatok sebesar Rp30 ribu per hari. <br /> <br />Selain itu, ibarat bos, ia juga mengaku menerima uang setoran, yang diistilahkan siraman, dari si penyewa. <br /> <br />Besarnya Rp20 ribu hingga Rp25 ribu. <br /> <br /> <br />Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/article/301279/menghibur-demi-recehan-mengungkap-bisnis-dibalik-badut-jalanan-di-jakarta
