SIKKA, KOMPAS.TV - Butuh perjuangan panjang bagi belasan siswa yang tinggal di Desa Waipaar, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur untuk bisa sampai ke sekolah. <br /> <br />Para siswa harus berjalan kaki sejauh tiga kilometer menuju Desa Ojang, melintasi hutan dan bukit dengan tanah berbatu. <br /> <br />Tidak berhenti di situ, siswa harus melintasi dua sungai berarus deras karena tak ada jembatan. <br /> <br />Tak jarang orangtua ikut mengantar anak mereka terutama jika banjir melanda sungai. <br /> <br />Medan yang sulit membuat para guru sekolah memaklumi kondisi para siswa. Maka jika hujan lebat biasanya para guru memperbolehkan siswa belajar di rumah. <br /> <br />Infrastruktur yang tak memadai membuat para siswa dari Desa Waipaar, Sikka harus berjuang untuk bisa sampai sekolah. <br /> <br />Siswa harus melintasi hutan dan sungai tanpa jembatan, yang bisa jadi mengancam jiwa. <br /> <br />Bagaimana langkah pemerintah menyelesaikan persoalan infrastruktur bagi siswa dan warga di Sikka? <br /> <br />Kita berbincang dengan Bupati Sikka, NTT, Fransiskus Roberto Diogo. <br /> <br />Kepala Desa Ojang, Sikka, Petrus Pade. <br /> <br />Bergabung pula Guru SD Negeri Kolit, Lazarus Pala, melalui sambungan telepon. <br /> <br />Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/article/394075/siswa-di-sikka-masih-bertaruh-nyawa-ke-sekolah-bupati-sedang-dibangun-infrastruktur-anggaran
