Lapang Merdeka menjadi bagian tak terpisahkan dalam sejarah terbentuknya Kota Sukabumi dengan konsep alun-alun Macapat yang menjadi sentrum kota awal. Saat masa VOC, lapang ini diprakirakan alun-alun distrik Gunungparang. Mengingat, sejak pengaruh Mataram di Priangan, hampir semua pusat administrasi seperti kabupaten, distrik, bahkan kecamatan, memiliki alun-alun.<br /><br />Secara filosofi, alun-alun ini berasal dari kata halon-halon, diibaratkan semacam danau tenang dengan riak kecil. Ini menyiratkan alun-alun adalah tempat religius, di mana pemimpin bisa menunjukkan kekuasaannya berupa upacara atau ritual lainnya.<br /><br />Pada zaman dahulu, protes masyarakat biasanya dilakukan dengan cara unik: duduk di bawah pohon beringin yang umumnya ada di alun-alun besar, tidak berbicara bahkan tak makan untuk menarik perhatian. Nantinya, petugas akan memberitahu pemimpin bahwa ada orang yang hendak mengutarakan aspirasi dan kemudian dipanggil untuk berbicara.<br /><br />Lapang Merdeka awalnya merupakan bagian dari alun-alun Gunungparang (alun-alun utara), sebelum terpisah oleh jalan dan bangunan. Konsep utuhnya adalah alun-alun Macapat, di mana pada umumnya kota-kota di Jawa pada masa itu menjadikan alun-alun sebagai pusat dengan empat penjuru mata angin: selatan tempat pemimpin, barat tempat beribadah, timur perumahan, dan utara tempat hiburan.<br /><br /><br />Redaktur: Oksa Bachtiar Camsyah<br />Video Editor: Safrudin<br />Follow Sosial Media Sukabumiupdate.com <br />
