ACEH BARAT, KOMPAS.TV - Kini warga dan pelajar di kedua desa merasakan dampak yang signifikan dari kejadian ini. <br /> <br />Sebelumnya jembatan tersebut menjadi jalan pintas yang memungkinkan mereka menempuh perjalanan hanya dalam waktu beberapa menit. <br /> <br />Namun, dengan terputusnya akses tersebut, kini mereka terpaksa melakukan perjalanan jauh berkeliling dengan jarak yang jauh lebih panjang. <br /> <br />Kondisi ini telah membawa dampak signifikan pada masyarakat, terutama dalam hal mobilitas dan aksesibilitas. <br /> <br />Sebelumnya, warga Cot Punti menuju ibukota kecamatan hanya berjarak 9 kilometer via jembatan gantung, namun dengan putusnya jembatan, warga terpaksa harus menempuh jarak 12 kilometer melalui jalan utama. <br /> <br />Sementara itu, pelajar juga merasakan dampak buruk dari putusnya jembatan gantung ini. <br /> <br />Sebelumnya, mereka dapat mencapai sekolah hanya dalam jarak 2 kilometer melalui jembatan, namun kini mereka harus melakukan perjalanan melelahkan sejauh 21 kilometer dengan rute yang melingkar melewati ibukota kecamatan Kuala Bhe. <br /> <br />Kondisi ini bukan hanya menguras energi siswa, tetapi juga mengganggu waktu belajar dan aktivitas sehari-hari mereka. <br /> <br />Warga berharap agar pemerintah dapat segera mengambil langkah-langkah untuk memulihkan akses jalan yang telah hilang. Hal ini akan sangat berpengaruh pada kesejahteraan dan kenyamanan masyarakat di dua desa terdampak. <br /> <br />Warga setempat menduga menduga bahwa kabel penyangga utama jembatan mengalami kerusakan akibat karat yang timbul karena serin terendam air terlalu lama di bagian pondasi penyangga utama. <br /> <br />Kondisi ini memberikan dampak serius pada kehidupan sehari-hari masyarakat, keterbatasan akses juga memengaruhi produktivitas dan aksesibilitas ke fasilitas-fasilitas penting, termasuk pusat pendidikan dan pusat pemerintahan. <br /> <br />Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/regional/435083/jembatan-gantung-putus-akses-warga-terhambat