GORONTALO, KOMPAS.TV - Kisah guru honorer di Gorontalo yang terus berjuang mencerdaskan anak bangsa. Guru honorer ini tak patah arang, meski harus mendapatkan gaji yang jauh dari upah minimum. <br /> <br />Berjalan kaki menyusuri ruas jalan setapak, melewati perkebunan dan melintasi sungai dengan jarak kurang lebih 3 kilometer, merupakan aktifitas keseharian ketika Novita Hulainggi melaksanakan aktifitasnya sebagai guru honor di sekolah satu atap yang berada di Desa Asparaga, Kabupaten Gorontalo. <br /> <br />Hujan dan terik matahari tak tak cukup kuat mematahkan semangatnya untuk terus mengajar dan mencerdaskan anak-anak di Dusun Hungayo Monu RT Ilota. <br /> <br />Kekurangan tenaga pendidik membuat pihak sekolah memberikan tanggung jawab mengajar kepada Novita di 4 kelas berbeda, mulai dari kelas IV, kelas V, kelas VI SD Negeri 10 dan kelas VII SMP Aspara. <br /> <br />Dari pengabdiannya sebagai tenaga honor, Novita digaji 500 ribu rupiah per bulan, itupun diterimanya empat bulan sekali. <br /> <br /> <br />Meski hanya diberi upah jauh dibawah upah minimum Provinsi, rasa tanggung jawab mencerdaskan anak-anak didusun membuatnya terus bertahan hingga delapan tahun terakhir. <br /> <br />Demi menyesuaikan standar kapasitas guru pengajar, kini Novita telah menyelesaikan studi sarjananya di Universitas terbuka. Memiliki ijazah sarjana, Novita berharap, ada perhatian pemerintah daerah untuk bisa mengangkatnya menjadi ASN. <br /> <br />Novita berharap di HUT kemerdekaan RI ke 78 tahun 2023, pemerintah bisa memberikan perhatian khusus bagi sekolah yang berada di daerah terpencil terjadi pemerataan mutu pendidikan. <br /> <br /> <br /> <br />#nasibguruhonorer <br />#berjuangcerdaskanbangsa <br /> <br />#meskigajiminim <br /> <br /> <br />Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/regional/437000/nasib-guru-honorer-berjuang-cerdaskan-bangsa-meski-gaji-minim